Lihat ke Halaman Asli

Wawan tri

Perjalanan panjang

Ziarah Hati

Diperbarui: 23 Oktober 2021   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ruang lengang telah  kumohonkan pada matahari  yang mulai berkemas, karena di rahim malam ini, ingin kupentaskan lagi
ringkasan hari, bulan dan almanak  bagaimana aku memeluk hatimu serupa mutiara yang terangkai sempurna meski kutemui bulan telah mati menyisakan gelap melautkan air mata
Bersama percakapan sunyi ini, kubiarkan perih ini menguar di halaman sajak-sajak sebagai pahatan  benak , mengerat kisah dari gagap hati juga tingginya asa yang  membeku pada hatimu, yang diantaranya ketemui halaman yg penuh rasa sakit, yang  menghujam berjilid jilid ,kan kujadikan setiap alur pahatan, berlekuk-lekuk menjadikanmu prasasti dari tembikar waktu sebagai memorial yang  tak pernah pudar

Ini bukan soal hati yang tidak terima keputusanmu, ini bukan penjelasan  kenapa aku mencintaimu, ini juga bukan lelaki yang patah hati karena mu,
Ini  sesungguhnya soal kesucian hati yang selalu datang ke pantai hati, berharap rumah bahagia ada sana

hatimu adalah puluhan  karang yang menghancurkan setiap debaran ombak
dari hati yang mencoba merengkuhmu berpuluh kali, hingga untuk kesekian kali aku tak  peduli, batu karang itu menghalangi atau menyambutku aku datang dan datang beribu kali, berjuta kali

Selalu kurasakan, dalam seduhan  kopiku masih ada kepundan kecemasan, yang meretas,mengurai berkas lama.
tempat perihku kukuburkan.
tempat prahara hati mengebumi,
tempat pasal-pasal sepiku tertidurkan
tempat sejuta impian, praduga, juga risau hati

Aku hanya ingin
Melihat yang pernah kukagumi,
Menziarahi hatimu,
Menziarahi tangisku,
Menziarahi sepiku,
Menziarahi separuh hidupku,
kan kutaburkan kerumunan huruf, kata dan kalimat-kalimat hati, juga mimpi-mimpi yang tak terbeli seperti saat aku bahagia mencumbuimu dari setiap detik mimpiku
Kulantunkan segala doa
Tentang segala kepantasan yang sewajarnya ,melihatmu dengan segala keindahan rasa

Maafkan, aku sengaja mendatangimu
Kutundukkan hatiku,
Kuheningkan ciptaku ,
bersama  bulir air mata yang  mengering
Jangan melihatku meratap merinduimu,
Atau mengharap belas kasihmu

Ini dialogku
Ini rasa syukurku
Pada sang Maha Cinta
Bukan negosiasi pada hatimu

Wahai pembawa hati di sepanjang lereng lawu..
Wahai pesona Lawu
https://youtu.be/s6MZiRpWeH8

Suhawan tridoyo
Purwokerto , 2 Oktober 2019
Gambar wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline