Lihat ke Halaman Asli

Wawan tri

Perjalanan panjang

Hujan Desember

Diperbarui: 10 Desember 2018   14:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar picarst


Hujan bulan Desember

Hatiku ,

nyanyianmu  terbiasa membentang  
sangat manja ,
menggelayut mesra dalam susunan kata

Kamu adalah bui kerinduan yang buntu
yang tak lagi mengenal jalan keluar
Tak mengenal  musim
berbukit barisan meliuk kokoh

Melukismu dengan kekata adalah samudera tanpa pantai
Kamu adalah kota ang berbukit dengan kata ,
padat bermetropolitan
Auromu magnet , yang menarik seluruh indraku
Membius dalam stadium 4

Dan mimpiku semakin brutal bercengkrama
Menguasai seluruh ruang pikirku
Kamu sungguh perkasa

Di bulan Desember ini kamu ditelan sunyi
Berisiknya nyanyian hujan telah menjadi nada kehilangan
Gemuruh rasa tak satupun menjadi aksara
Wajahmu telah kosong , tanpa  ruang
Yang terbiasa kubaca dalam bahagia dan air mata
Gambarmu gelap
Terbengkalai
Semua menjadi hikayat nestapa

Secangkir kopi ini ,
dalam racikan dan adukan paling  sempurna
tak mampu mencipta pelangi atas dirimu
Sebatang rokokku tak sanggup lagi meretas
Di kepulan asapnya yang semakin pekat

Hujan bulan desember ini,
telah melautkan seluruh keberadaanmu

Dan Kepakan sayap burung camar itu
Mengisyaratkan hampa ruang dan waktu
Yang tak lagi mesra

Kamu
Wuuus...hilang... tak tersisa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline