Pemulihan Karakter Pasca Pandemi
Oleh Suharni, S.Pd
Pandemi telah berakhir. Peserta didik telah kembali diizinkan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di sekolah(luring). Setelah sebelumnya proses belajar mengajar dilakukan secara daring(dalam jaringan/online). Namun, bagaimana kabar karakter peserta didik pasca pandemi?
Hampir 2 tahun, proses belajar mengajar peserta didik dilakukan secara online. Hal ini memberikan "keleluasaan" penuh bagi para anak didik untuk melakukan akifitas sesuai keinginan mereka.
Pandemi telah mewariskan berbagai keluhan. Keluhan yang muncul adalah ketika tiba saatnya guru memperhatikan data siswa yang sudah mengumpulkan tugas. Banyak di antara siswa dari setiap kelas yang masih meninggalkan "hutang" tugas. Bebagai keluhan tersebut disampaikan kepada para wali kelas, terkait anak didiknya yang masih "bermasalah".
Berbagai upaya telah dilakukan oleh para wali kelas untuk merespon laporan dari para dewan guru yang mengampu mata pelajaran di kelasnya. Pemanggilan peserta didik yang bersangkutan, hingga sampai pemanggilan orang tua. Dalam hal ini, peran orang tua amat di tuntut untuk dapat bersinergi, bekerja sama, mengatasi keterlambatan penyelesaian tugas oleh putra putrinya yang sudah diberikan oleh para dewan guru.
Dengan adanya keputusan pembelajaran secara daring(dalam jaringan), maka porsi terbesar pengawasan anak didik adalah dirumah, dalam hal ini adalah orang tua. Guru hanya dapat berkomunikasi melalui udara, walaupun masih dapat dilakukan bertemu langsung dengan anak didik, dengan jalan peserta didik diminta untuk hadir ke sekolah. Namun hal ini, dengan porsi yang amat terbatas.Kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua, penting untuk di bangun.
Maka ketika, pandemi telah mereda, dunia pendidikan harus kembali berbenah. Dengan berbagai permasalahan yang timbul, upaya pemulihan karakter bagi para peserta didik, mendesak untuk dilakukan. Bukan hanya terkait tugas-tugas yang musti diselesaikan, akan tetapi karakter yang berkaitan dengan sikap, sopan santun, tanggung jawab, motivasi dan semangat para peserta didik, secara umum menjadi PR untuk diselesaikan.
Pintu tatap muka telah di buka, maka kesempatan untuk memulihkan karakter peserta didik pun terbuka luas. Berbagai sarana dan fasilitas sekolah dapat efektif dimanfaatkan dengan baik. Contoh melalui kegiatan ekstrakurikuler yang dapat kembali berjalan, sarana laboratorium yang dapat kembali di gunakan, berbagai metode pembelajaran dapat diterapkan dan berbagai sarana lainnya.
Peran pendidik dan lembaga pendidikan, kembali memegang peranan penting. Peserta didik telah mempunyai kesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan dewan guru, dengan intensitas yang lebih intensif.
Kebijakan fullday pun telah diberlakukan di beberapa sekolah. Keberadaan para peserta didik di lingkungan sekolah menjadi lebih lama. Kesempatan para pendidik (baca= guru) untuk memberikan pengarahan, motivasi, pembinaan kepada peserta didik, menjadi lebih luas. Hal ini, di sambut gembira baik oleh pihak sekolah maupun pihak orang tua.