Lihat ke Halaman Asli

Menyulam Rindu dalam Mimpi

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

lamunanku buyar oleh dering hp-ku. tertulis di layar, 1 pesan baru diterima. pesan dari nomor yang tak dikenal. aku penasaran, akhirnya kuputuskan untuk segera membuka isi pesan tersebut.


"hi, kau masih ingat aku? salah seorang teman yang sudah terlalu lama kau lupakan."


apa ini?

aku memilih untuk tidak menanggapi pesan tersebut. beberapa menit kemudian, kembali 1 pesan baru diterima. masih sama, dari nomor yang tak dikenal tadi.


"jadi, kau benar-benar sudah lupa? aku bahkan tak menyangka kau akan lebih pikun dari usiamu."


perlahan aku mulai risih dengan pesan-pesan tersebut. tapi, aku berusaha untuk tetap tenang dan tidak menanggapi si nomor tak dikenal itu. aku lihat jarum jam di dinding sudah menunjuk pukul 12 malam. yang benar saja, siapa orang yang tak tahu malu mengganggu di jam-jam seperti ini.


tiba-tiba hp-ku kembali berdering. kali ini berupa panggilan tak terjawab, nomor yang sama. aku merasa semakin terganggu, tapi aku semakin malas untuk menanggapi pesan-pesan dari orang tersebut. orang yang entah kukenal atau tidak.


tak puas, si nomor tak dikenal kembali mengirimiku pesan. kali ini isi pesannya lebih panjang, tapi masih tetap menjengkelkan.


"kau terlalu mudah tertipu oleh otakmu. atau mungkin kau memang terlalu angkuh untuk mengakui bahwa aku masih ada di pikiranmu. jangan berpaling dari takdir sebab takdir akan semakin menguasaimu saat kau menjauh darinya. mungkin bukan hari ini, atau besok, atau lusa, kau akan ingat siapa aku. ah, atau jangan-jangan kau justru putus asa menemukan waktu yang tepat untuk benar-benar bisa melupakan aku. akui saja. aku tahu itu adalah kau."


siapa ini?

aku semakin gelisah saja dengan pesan-pesan yang dikirim olehnya. seperti ia sudah sangat lama mengenalku. apa aku mengenalnya? entahlah. tapi, pesan terakhirnya itu seperti tiba-tiba menetap di kepalaku. terngiang-ngiang, terus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline