Lihat ke Halaman Asli

Saverinus Suhardin

Perawat penulis

Jamu Buatan Ibu

Diperbarui: 13 Juni 2023   04:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi jamu atau ramuan tradisional (Sumber gambar: Angelo Rosa from Pixabay)

Saya pertama kali mengenal kata "jamu", tentu saja pada masa kecil, dari tayangan TV yang menampilkan seorang ibu di Jawa yang berjualan jamu gendong.

Kemudian ketika saya agak besar dan sering diajak orang tua ikut ke pasar di daerah kami yang terletak di Flores, NTT, saya juga sering melihat ibu-ibu yang berjualan jamu gendong.

Penjual jamu gendong itu juga orang Jawa yang merantau ke Flores dan hidup dari berjualan, termasuk  jamu. Biasanya mereka menggendong sebuah wadah yang berisi botol jamu aneka warna.

Saya kira di Flores dan NTT pada umumnya, penjual jamu aktif didominasi oleh orang Jawa. Karena pengalaman tersebut, bagi saya kata "jamu" sangat identik dengan budaya Jawa.

Tetapi ketika mengetahui definisi jamu adalah obat yang dibuat dari akar-akaran, daun-daunan, dan sebagainya, maka saya menyadari kalau jamu itu minuman sehari-hari masyarakat Indonesia.

Saya yang menghabiskan masa kecil di Flores, NTT sebenarnya hampir tiap saat mengonsumsi jamu. Tapi karena istilah "jamu" lebih lekat pada penjual jamu gendong, maka apa yang kami minum sehari-hari kadang tidak disadari sebagai jamu.

Semasa kecil, orang tua saya selalu menyiapkan beberapa ramuan herbal untuk mencegah atau mengobati sakit tertentu. Saya sudah terbiasa minum air rebusan daun sambiloto (ada yang menyebutnya sambilata) dan rendaman jahe parut yang dicampur dengan gula aren.

Biasanya kalau mulai memasuki musim hujan, ibu saya mewajibkan sekeluarga minum air rebusan sambiloto. Ibu saya selalu menekankan kalau itu merupakan obat untuk mencegah malaria atau sakit yang bikin demam.

Sebagai anak-anak saya tentu saja tertekan, sebab sambiloto itu pahit. Tapi ibu selalu memaksa, "Minum satu kali langsung kasi habis!"

Saya pun berusaha mengikuti anjuran ibu. Awalnya sampai mau muntah. Tapi seiring bertambahnya usia dan dorongan ibu yang tidak pernah putus asa, saya akhirnya jadi terbiasa.

Karena itu, kalau saya merasa badan mulai meriang, maka saya langsung melapor ke ibu untuk dibuatkan minuman sambiloto. Biasanya setelah minum ramuan itu badan terasa hangat dan sedikit berkeringat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline