[caption id="attachment_303978" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana Missa Paskah anak-anak"][/caption]
Mestinya sekarang saya belajar untuk menghadapi Ujian Tengah Semester (UTS) yang dilaksanakan mulai esok (20/4), bukan malah menulis. Tapi, entah kenapa, semakin saya beniat menunda untuk menulis, semakin tidak tenang hati ini untuk belajar. Tidak puas jika cerita ini hanya tersimpan dalam angan-angan. Ya...mungkin akan terasa biasa saja bagi Anda, tapi karena baru pertama kali mengalami hal ini, saya bersemangat untuk berbagi cerita ini yang kiranya bermanfaat.
Hari ini, sebagaimana umat kristen lainnya, saya mengikuti misa dalam rangka hari raya Paskah. Ada beberapa pilihan jadwal misa yang bisa saya ikuti, sesuai keinginan atau kesempatan. Tanpa mengetahui informasi yang jelas, saya memutuskan untuk mengikuti missa kedua, tepat pukul 08.00 di Gereja Sta. Maria Bunda Tak Bercela-Ngagel, Surabaya. Setiba di gereja, saya cukup kaget karena hampir sebagian besar kursi dipenuhi oleh anak-anak. Ternyata misa kedua tersebut dikhususkan bagi anak-anak. Saya memutuskan untuk tidak pulang dan menempati tempat duduk dekat kumpulan orang dewasa, orang tua dari anak-anak.
Sesaat setelah misa dimulai, ada hal yang berbeda dari kebiasaan sebelumnya. Saat memberikan pengantar (sebelum pernyatan tobat), Pastor yang memimpin ibadat mempersilahkan seorang anak untuk mendeklamasikan sebuah puisi. Bagi saya, pemandangan seperti itu merupakan hal baru, dan menurut saya sangat kreatif dan unik. Kira-kira begini bunyi puisi sang anak tadi : (sebagian saja yang terekam)
..................................................................
Waktu terus merambat, proses rekayasa semakin sempurna
Sampai.....
Tiba saatnya dicambuk,
Tiba saatya didera,
Tiba saatnya memanggul salib,
Tiba saatnya dipaku,
Tiba saatnya disalibkan,
Dan tiba saatnya meregang nyawa.
Demikianlah kulminasi kasih Tuhan
Telah dinyatakan bagi penebusan bagi dosa umat manusia.
Saya begitu takjub mendengar puisi yang dibawakan anak tersebut. Jika tidak salah menafsir, usianya sekitar 10 tahun. Anak perempuan imut tersebut dengan tepat berdeklamasi dilihat dari mimik, intonasi, dan penghayatannya. Belum tentu saya sebaik anak tadi dalam membacakan puisi. Sungguh luar biasa. Kekaguman saya tidak berhenti di situ. Petugas liturgi juga diambil alih oleh anak-anak, mulai dari lektor (pembacaan kitab suci), pemazmur, dan koor.
Tibalah saat homili, Pastor memberikan pesan Paskah sesuai bacaan Kitab Suci hari Paskah. Karena audience atau umatnya anak-anak, tidak mungkin membawa khotbah dengan cara konvensional. Kali ini, baru pertama kali saya menyaksikan bagaimana seorang Pastor bisa berkhotbah dengan metode yang sesuai dan sangat menarik bagi anak-anak, bahkan saya sebagai orang dewasa pun ikut tertarik.
Gaya bicara Pastor berubah 100%, mirip pembawa acara anak-anak di TV atau radio. Dengan metode story telling, anak-anak begitu antusias dan penuh semangat setiap kali Pastor bertanya atau meminta komentar. Pastor juga menggunakan alat peraga. Sebuah boneka tangan, yang dikisahan sebagai tokoh anak-anak sahabat Pastor yang bernama ACI. (Lihat gambar)
[caption id="attachment_303977" align="aligncenter" width="300" caption="Pastor/Romo saat berkhotbah dengan temannya Aci (Boneka tangan)"]
[/caption]
“Romo, pagi hari ini, ditemani teman Romo. Teman Romo ini diantar sama Frater. Kita panggil sama-sama ya...”, begitulah Pastor memulai khotbahnya. Dia pun melanjutkan; “ Frater, teman Romo tolong diantar dong”. Datanglah seorang Frater sambil membawa sebuah boneka. Selanjutnya Pastor tadi bercerita dengan manipulasi boneka tersebut. Untuk lebih mudahnya, Anda bisa membayakan seperti Ria Enez bersama boneka Suzan-nya.
Khobat kali ini bagi saya merupakan tontonan yang atraktif, apalagi bagi anak-anak. Melalui metode tersebut, Pastor memperkenalkan secara sederhana apa itu Paskah, kenapa Yesus disalibkan dan wafat, apa itu kebangkitan, apa itu dosa, dan hal lain yang berkaitan. Sederhana tapi mengena.
Dari kejadian hari ini saya menyimpulkan bahwa Pastor beserta panitia Paskah sangat kreatif dalam memperkenalkan ajaran Iman dengan metode yang tepat. Saya pun semakin meyadari bahwa, dalam menghadapi atau berhubungan dengan orang lain, kita mesti memikirkan cara/metode yang spesifik. Setiap orang unik, tidak ada yang sama sehingga akan berbeda pula dalam berpikir, memberi persepsi terhadap suatu hal. Apalagi berkaitan perbedaan usia perkembangan, kita mesti menyesuaikan diri agar diterima dan berguna secara maksimal bagi mereka.
Demikian saja tulisan saya kali ini. Dalam rangka Paskah, secara spesial saya mengucapkan: “Salam damai Paskah bagi Anda yang merayakannya. Kristus bangkit...Kita juga harus B A N G K I T...!!! dalam setiap usaha dan karya masing-masing. Tuhan memberkati....”
Anda bisa juga membaca tulisan yang sama ini pada blog pribadi saya dengan klik link berikut: Blog Sejuta Mimpi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H