Lihat ke Halaman Asli

Suhardi AlAnjiri

Semoga manfaat setiap apa yang diperbuat

Makam Pahlawan Surya Chandra Anjir Serapat

Diperbarui: 30 Agustus 2019   12:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makam Pahlawan Surya Chandra Anjir Serapapat. | Dokpri

Anjir Serapat mempunyai icon kebanggaan yaitu sebuah makam pahlawan yang diberi nama Makam Pahlawan Surya Chandra yang berada di Anjir Serapat km 10 Desa Anjir Sepat Barat, Kecamatan Kapuas Timur Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. 

Makam pahlawan ini menjadi penanda dan bukti bahwa Warga Anjir Serapat turut menentang dan melawan penjajah. Sebagai spirit warga Anjir Serapat agar meneguhkan dan terus mengobarkan semangat perjuangan kemerdekaan dengan selogan NKRI harga mati serta mengisi pembangunan dengan sebaik mungkin sehingga tidak membuat malu pejuang kemerdekaan yang telah gugur.

Makam Pahlawan Surya Chandra pertama kali dipugar oleh Gubernur Kalimantan Tengah Bapak WA Gara dengan datang langsung ke Anjir Serapat untuk meletakkan batu pertama pemugaran makam pahlawan tersebut dan dalam prasastinya terpampang jelas nama dan tanda tangan Gubernur Kalimatan Tengah Bapak WA. Gara  tertanggal 23 Desember 1981 .Beliau datang ke Anjir Serapat setelah dua minggu menjabat sebagai Gubernur Kalimantan Tengah dan ada yang menyebut beliau juga ikut dalam pertempuran di Anjir Serapat tersebut.

Untuk diketahui di Kabupaten Kapuas hanya ada dua makam pahlawan yaitu Makam Pahlawan Surya Chandra yang berada di Anjir Serapat Kecamatan Kapuas Timur dan Taman Makam Pahlawan (TMP) Kencana yang berada di Kuala Kapuas ibu Kota Kabupaten Kapuas. Sehingga Kabupaten Kapuas hanya memiliki 2 (dua) buah makam pahlawan.

Makam Pahlawan Surya Chandra Anjir Serapat ini berada sekitar 35 km dari Banjarmasin dan sekitar 160 km dari Palangka Raya. Di makam ini telah disemayamkan pejuang dari Anjir Serapat yang gugur saat serangan Belanda 17 Desember 1945 masing-masing bernama Idris atau Diris dan H Amberi.

Ketika Kemerdekaan diraih Bangsa Indonesia 17 Agustus 1945 maka segenap rakyat Indonesia menyambut dengan gembira suasana kemerdekaan tersebut. Maka Bung Tomo memerintahkan anggota tentaranya dari Surabaya untuk mengadakan perlawanan di berbagai daerah di tanah air terhadap penjajah Belanda. 

Berbagai daerah di tanah air itu, termasuk kawasan pesisir Kalteng. Disampinh itu untuk mengabarkan, bahwa bendera Indonesia adalah dwi warna Sang Merah Putih. Selain itu, mengabarkan bahwa negeri kita tercinta ini bukan lagi negara jajahan Belanda atau Jepang. Tapi sudah merdeka, dan ada mempunyai Presiden sendiri yaitu Presiden Soekarno.

Untuk menyampaikan ke berbagai pelosok daerah di tanah air, salah satu utusan Bung Tomo untuk pergi ke Kalimantan adalah Djaderie dan kawan-kawan. Djaderie dkk menggunakan perahu layar dari Surabaya  dan tiga hari berlayar masuklah mereka ke Sungai Mentaya -- Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalteng, dengan tujuan melawan penjajah yang ada di Asrama Tatas Banjarmasin (kini Komplek Masjid Raya Sabilal Muhtadin).

Ketika mereka melayari sungai Mentaya sampai ke kota Sampit tidak terjadi pertempuran. Sebab tujuan utama mereka adalah menghancurkan Asrama Tatas Banjarmasin, namun sejumlah pemuda dari Sampit dan Samuda Kotim, ikut membawa perahunya masing-masing mengikuti rombongan Djaderie dkk untuk melanjutkan perjalanan menuju Banjarmasin.

Sesampai di Bahaur  (Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau) Kalteng, mereka mendapat tambahan pejuang untuk ikut bersama berjuang ke Banjarmasin. Ketika sampai di Kuala Kapuas (ibu kota Kabupaten Kapuas) perahu mereka tidak bertambat dan mereka tetap melanjutkan mendayung perahu ke Anjir Serapat karena mereka melihat serdadu Belanda berjaga- jaga.

Sampainya di km 10 Anjir Serapat menjelang subuh hari Jumat 14 Desember 1945. Di tempat itu mereka mempir ke rumah kepala desa bernama H Abubakar Bannang, dan di tempat itu pula terjadi interaksi bagaikan gayung bersambut. Pasalnya kepala desa itu sudah punya pasukan mantan tentara Jepang yang dilatih baik di Banjarmasin dan Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) maupun dan dari berbagai daerah lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline