Lihat ke Halaman Asli

Nasi Tiwul dan Sambal

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini makin ngantuk setelah pulang sholat jum'at dan langsung aja ku buat secangkir teh hangat untuk mengurangi rasa kantuk, meskipun mata agak perih dengan sorotan layar monitor ku berusaha membuat coretan tentang obralan santai dengan mahasiswa yang meminta tolong kepadaku untuk menginstall program-program di laptopnya. Aku mendapatkan inspirasi mengenai singkong yang ternyata banyak manfatnya, awalnya hanya membicarakan lagu jawa yang aransemennya jazz lah ternyata malah tembuh ke makanan yang terbuat dari singkong yaitu nasi tiwul. Begitu kena dengan kata itu langsung pikiranku kembali ke saat-saat aku dulu sering makan nasi tiwul buatan sang  nenek (almarhum). Waktu itu aku sangat hobi makan nasi tiwul mungkin karena jaman dahulu jarang sekali mendapatkan nasi beras sehingga hampir setiap hari kami makan nasi tiwul dengan sedikit lalapan dan sambal cabai mentah, rasanya sampai basah kuyup bila sudah menyantap nasi tiwul dengan sambal mentah itu. Tetapi stetlah saya pergi merantau bersama keluarga ke Jakarta kami sudah sangat jarang sekali menyantap nasi tiwul dan yang kami jumpai pada jaman ini adalah berbagai olahan berbagai jenis makanan yang ternyata bahan dasarnya adalah singkong sperti kerupuk keripik, roti, tape, kolak, bahkan sampai dibuat untuk pemadam api namun yang di ambil itu kulit singkongnya yang di olah dengan teknologi ( penemu dan penelitinya adalah Randall Hartolaksono arek Suroboyo kelahiran 16 Maret 1956 ). Namun apakah sampai saat ini kebun singkong makin luar atau makin menghilang? Saya sendiri belum tau persis, tapi beberapa hari yang lalu di sumatera saya mendengar ramai sekali mengenai kebun singkoang karena orang terdekat saya sedang berada disana nekat untuk berkebun singkong dan meminta saya memberi modal. Namun saya sangat sedih karena belum bisa membantu beliau untuk menyewa lahan dan berkebun disana padahal saya juga berharap supaya bisa makan nasi tiwul lagi. ( sambil senyum) -hery

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline