Lihat ke Halaman Asli

Suhandono Wijoyokusumo

Grandmaster of kundalini

Milo

Diperbarui: 21 Oktober 2024   04:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Bab 1: "Pagi yang Nyaris Sempurna"

Pagi itu, matahari baru saja terbit di atas kota kecil yang tenang. Burung-burung bernyanyi, angin sepoi-sepoi bertiup, dan dunia tampak damai---setidaknya menurut Joko, yang terbangun dengan semangat penuh. Hari ini dia yakin semuanya akan berjalan lancar.

"Ini dia, hari yang sempurna!" gumamnya, masih setengah mengantuk tapi penuh percaya diri.

Joko melompat dari tempat tidurnya, menggerakkan tubuhnya seperti seorang atlet yang siap bertanding. Ia menyambar handuk, berjalan menuju kamar mandi dengan senyum lebar, dan langsung menyalakan pancuran. Namun, entah kenapa, air yang mengalir bukan sekadar air biasa.

"Ini... kok kayak minyak goreng?" pikir Joko, tapi dia menepis pikiran aneh itu. "Ah, mungkin aku masih ngantuk."

Tanpa berpikir panjang, dia mengambil botol dari rak yang biasa ia gunakan untuk sampo. Dalam setengah detik, dia baru sadar, "Tunggu... Kenapa sampo ini wangi kecap?"

Joko menunduk melihat botol yang ia pegang. Benar saja, itu adalah botol kecap manis. Dengan panik, ia mencoba membilas rambutnya yang kini lengket dan berminyak, tapi semakin ia membilas, semakin aneh baunya. Ia berakhir dengan rambut yang lebih cocok untuk digoreng daripada untuk pergi kerja.

Setelah akhirnya berhasil membersihkan diri meskipun dengan sedikit trauma, Joko melanjutkan rutinitas paginya. Hari masih panjang, dan masalah kecil tadi jelas bukan tanda buruk, pikirnya. Dengan percaya diri, dia membuka lemari dan mengeluarkan setelan kantornya yang biasa.

Namun, di saat yang sama, kucing tetangganya, si Milo, tiba-tiba masuk ke kamarnya melalui jendela. Entah bagaimana caranya Milo selalu tahu kapan jendela kamar Joko terbuka, dan ia selalu masuk dengan ekspresi puas seolah itu adalah rumahnya sendiri.

"Milo, keluar!" seru Joko, mengacungkan hanger baju seperti seorang gladiator yang hendak melawan harimau. Namun, kucing itu hanya menatapnya dengan tatapan tak peduli, berjalan santai ke tempat tidur, dan langsung meringkuk di atas dasi Joko yang baru saja ia setrika.

Joko menyerah. Dia beralih ke sepatu, berharap ini bisa menjadi hal yang berjalan lancar. Namun saat ia melangkah keluar rumah, ia merasa ada yang tidak beres. Kakinya seperti terjebak dalam dua dunia yang berbeda. Ia menunduk dan langsung menyadari masalahnya: dia memakai sepatu kanan di kedua kakinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline