Kemerdekaan mengajarkan kita untuk selalu menguatkan mental jati diri bangsa dengan terus intropeksi dan belajar
Salam dirgahayu kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77,
Sebentar lagi masyarakat Indonesia akan melaksanakan ceremonial kemerdekaan yang ke-77, bukan usia yang muda lagi tetapi kematangan jati diri bangsa mulai diuji di tengah persilatan politik, ekonomi, dan keamanan.
Kita tahu bagaimana bangsa Indonesia telah menghadapi pandemic COVID-19 sejak pengumuman pertama oleh Bapak Presiden Indonesia Dr. (HC). Ir. Joko Widodo sekitaran awal bulan maret 2020.
Sejak saat ini bumi nusantara mengalami ketegangan emosional kegiatan ekonomi dan puncaknya terjadi pada awal hingga pertengahan tahun 2021 dimana OMICRON sebagai varian terbaru yang memiliki daya ancam lebih menakutkan di kalangan masyarakat Indonesia.
Namun, terlepas dari tragedi pandemi hingga pada akhirnya mencapai titik revalitas COVID-19 sebagai endemi di Indonesia merupakan suatu keberhasilan yang didorong oleh semangat gotong royono dari berbagai instansi maupun masyarakat Indonesia yang hal itu menjadi lingkaran kekuatan utama mencapai tujuan akhir Indonesia hingga bangkit kembali menjadi negara yang berkekuatan mentalitas kerakyatan.
Lantas, bagaimana pendekatan ekonomi Indonesia apabila di telaah dari sudut pandang mentalitas kerakyatan. Sebuah buku yang sangat fenomenal yang ditulis oleh seorang filsuf amerika yang menulis mengenai fenomena mentalitas ekonomi dari sudut pandang perilaku konsumen.
Buku tersebut cukup mencengangkan bagi kalangan intelektual, dari buku itu dijelaskan bahwa perilaku masyarakat sosial yang dihadapkan dengan berbagai persoalan kebutuhan hidup selalu tidak merasa terpuaskan oleh pencapaian yang telah ia dapatkan.
Manusia cenderung mengikuti nafsu-nya yang tiada hentinya hingga mereka tidak merasa bahwa hidupnya telah di dikte dengan kebutuhan hawa nafsunya, lantas apakah fenomena mentalitas ekonomi ini telah terjadi di kalangan masyarakat Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Indonesia berdiri atas kekuatan jati diri bangsa yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa dan agama yang tersimpul menjadi nilai-nilai persatuan dalam bingkai kebhinekaan.