PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) hingga kini masih melayani masyarakat dalam urusan jasa kepabeanan, terutama import atas kiriman peka waktu melalui gudang 'Rush Handing'. Keberadaan JNE ini dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat luas, termasuk bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kantor layanan JNE bukan sekadar di kabupaten/ kota, tetapi juga merambah kecamatan-kecamatan. Ikhtiar JNE merupakan langkah yang tepat, sebab, pelaku UMKM tidak semuanya tinggal di kabupaten/ kota, tetapi juga berada di pelosok-pelosok desa. Adanya kantor JNE di tingkat kecamatan akan menambah efektif pelaku UMKM mengirim pesanan kepada pelanggan.
Kondisi UMKM di masa pandemi Covid-19 harus memiliki strategi tersendiri agar bisa bertahan hidup. Secara realitas, pandemi Covid-19 yang memakan banyak korban, kini juga sangat berdampak terhadap perkembangan UMKM. Sebagian dari UMKM harus merampingkan karyawannya, atau mengurangi produksi untuk didistribusikan kepada masyarakat. Bahkan, ada sebagian yang harus gulung tikar karena biaya operasional tidak sebanding dengan omzet yang diperoleh.
Pandemi Covid-19 menyebabkan pelaku UMKM harus 'melek' teknologi. Walaupun sistem transaksi offline masih terjadi di masyarakat, pemesanan secara online dianggap lebih efektif dan efisien. Selain tidak ribet dan tidak perlu ke mana-mana, pemesanan sistem online memiliki banyak keuntungan. Di sinilah JNE memiliki peran penting untuk mendistribusikan barang kepada masyarakat.
Salah satu pelaku UMKM asal Probolinggo, Maria Ulfa (35 tahun) mengaku sangat terbantu dengan adanya jasa pengiriman barang JNE. Melalui saluran WhatsApp, Maria Ulfa mengaku bahwa kurir JNE ramah dan barang selalu terjaga. Hingga kini, Maria Ulfa masih menggunakan jasa JNE untuk mengantarkan pesanan pelanggan berupa kosmetik dan pakaian. Bahkan, Maria Ulfa mengaku bahwa kiriman barang tersebut tidak pernah telat sehingga ia merasa bangga atas kinerja dan tanggung jawab yang dimiliki JNE.
Tidak semua pelaku UMKM memiliki pengalaman yang sama dengan Maria Ulfa. Ada kemungkinan, mereka mengeluhkan berbagai layanan yang tidak memuaskan. Di sini saya tidak akan menyampaikan keluhan apa saja yang dirasakan pengguna jasa JNE. Saya hanya ingin menyampaikan ide kecil sebagai upaya meningkatkan relasi komunikasi antara JNE dengan pelaku UMKM. Ide kecil ini boleh ditelaah, dicoba, atau dipraktekkan dalam rangka menjaga hubungan antara JNE dengan pelaku UMKM.
Ide saya ini tidak sulit dilakukan mengingat JNE memang selalu menjaga kualitas sumber daya manusia yang ikut terlibat di dalamnya. Apalagi, JNE memanfaatkan kecanggihan teknologi sebagai bagian dari pengembangan kualitas dan layanan. JNE memanfaatkan mesin X-Ray, GPS, hingga alat komunikasi satelit. Ini harus difungsikan secara maksimal. Apa yang harus dilakukan JNE untuk menjalin relasi komunikasi dengan UMKM agar tetap terjalin dengan baik?
Setiap pengiriman barang, JNE perlu mencantumkan stiker cantik yang diselipkan di antara barang yang terdapat dalam kemasan. Stiker cantik ini berisi tautan untuk menghubungkan masyarakat dengan JNE. Format isi tautan harus berkaitan dengan layanan JNE yang dialami oleh masyarakat. Misal, dalam tautan tersebut berisi nama, alamat, nomor KTP, nomor Hand Phone, pesan, dan kesan. Isi format tersebut bisa kondisional atau menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
Memang, JNE telah memanfaatkan digital untuk memantau kondisi distribusi barang; apakah barang yang dikirim sudah sampai pada tujuan atau masih mengendap di suatu tempat. Begitu juga sebaliknya, pengguna jasa JNE juga bisa memantau di mana posisi barang atau kiriman itu berada. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan semuanya menjadi terbuka, termasuk kondisi JNE itu sendiri. Sesuatu bisa dianggap tidak profesional jika harapan pengguna jasa JNE tidak sesuai dengan Standart Operasional Perusahaan (SOP). Jika ini yang terjadi, akan muncul keluhan-keluhan yang bertebaran secara liar di media sosial. Jika JNE menyediakan tautan keluhan pengguna jasa, kualitas JNE akan semakin baik.
Keluhan-keluhan tersebut bisa dianalisis dan dijadikan masukan berharga untuk perbaikan kualitas layanan. Secara kelembagaan, JNE pasti telah menerapkan Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC). Pada controlling ini, penulis memiliki ide agar JNE merapikan keluhan-keluhan pengguna jasa untuk meminimalisir komentar negatif yang menyebabkan menurunnya trust masyarakat, termasuk calon pengguna jasa JNE. Dengan adanya stiker kecil yang memuat tautan sebagaimana disebutkan di atas, kualitas JNE akan semakin baik di mata masyarakat. Jika tidak ada komentar negatif yang tumbuh liar di media sosial, bisa saja masyarakat menganggap bahwa JNE Is The Best. Maka, hubungan JNE, UMKM, dan masyarakat umum akan semakin baik. Ini semua untuk negeri ini dalam rangka membangkitkan semangat perekonomian yang terpuruk akibat badai Covid-19.
Ide kecil saya ini tentu sebagai refleksi kecintaan saya terhadap JNE, pelaku UMKM, dan kepada masyarakat luas. Jika tiga komponen ini bersinergi dalam membangun ekonomi, bangsa ini akan bangkit lebih cepat. Tentu, ini bukan semacam ide yang menggurui. Ide ini boleh diabaikan jika dianggap tidak cocok atau tidak sesuai dengan kondisi yang ada. Walaupun Covid-19 sempat memporak-porandakan perekonomian bangsa ini, kita harus tetap semangat membangun negeri ini; demi sebuah negeri yang kita cintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H