Lihat ke Halaman Asli

Rahasia Kue Gemblong Mak Saniah

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kue Gemblong Mak Saniah adalah judul cerpen yang dimuat di Kompas Minggu, 4 April 2010 yang lalu. Cerpen yang dikarang oleh Aba Mardjani ini disambut penikmat dan pelaku sastra tanah air dengan berbagai tanggapan. Ada yang menganggap karya ini terlalu sederhana untuk cerpen koran selevel Kompas. Dan tak sedikit pula yang menyukai cerpen ini justru karena kesederhanaannya. Saya termasuk yang menyukai cerpen ini dan memiliki harapan khusus baginya. Sebelumnya saya ingin bercerita. Saya adalah pengunjung setia sriti.com. Di sini, beberapa cerpen dari berbagai koran diposting tiap minggunya. Saya penyuka segala jenis cerpen. Semua cerpen akan saya lahap tanpa peduli rasa. Setelah saya telan hingga kalimat terakhir, barulah saya mulai menilai: 'wah, barusan rasa cerpennya manis', 'yang ini pahit', 'o, kalau itu asem'. Kira-kira begitulah cara saya menikmati cerpen. Boleh ditiru, tapi sebaiknya jangan. :) Nah, cerpen Kue Gemblong Mak Saniah ini adalah cerpen kesekian yang sudah saya telan namun ujung-ujungnya membuat saya ketagihan. Mulanya saya bau aromanya: biasa saja. Lalu saya cicip di lidah saya: tak ada yang istimewa. Setelah saya telan, barulah saya mulai bertanya-tanya: barusan itu apaan ya? Inilah Kue Gemblong Mak Saniah yang menimbulkan sensasi rasa baru di lidah saya. Sesuai judulnya, cerpen ini bercerita tentang seorang wanita tua penjual kue gemblong keliling bernama Mak Saniah. Tokoh lain bernama Asyura dan Masdudin, pelanggan setia Mak Saniah. Sekali  lagi kisahnya memang sangat sederhana. Tapi, kesederhanaannya memberi kesan begitu mendalam hingga membuat cerpen ini begitu kaya. Hm, sebenarnya saya ingin bercerita banyak tentang Kue Gemblong Mak  Saniah di sini. Tapi tak seru juga rasanya kalau Anda sendiri belum  mencobanya. Nah, kalau Anda juga penasaran silahkan anda baca di sini, juga di sini. Di awal saya menyebutkan bahwa ada harapan saya untuk cerpen ini. Nah, saya menjagokan cerpen ini menjadi salah satu cerpen pilihan Kompas 2010. Setuju, tidak setuju, terserah. Tuhan maha kuasa, lidah kita, kan diciptakan tak sama? :)

Sumber gambar:

http://denmasdeni.blogspot.com/2008/05/mbak-eni-perempuan-gigih-penjual-kue.html




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline