Tidak seperti biasa selesai mengajar di madrasah saya pergi ke mesjid terdekat untuk melaksanakan shalat dhuhur, hari ini saat keluar dari madrasah memilih bersantai sejenak di warkop duduk dengan masyarakat sekitar bercengkrama dengan para tetua dan anak muda. Azan dhuhur terlewatkan begitu saja karena berfikir ini masih nikmat pembicaraan kami yang sambil menikmati mie dan kopi.
Tiba jam 13. 40 WIB beranjak dari warung menuju mesjid yang terdekat, selesai shalat dhuhur sendirian tiba tiba datang beberapa orang laki laki dan perempuan shalat sunnah, ketika saya mau beranjak ditegur oleh orang tadi, pak jangan pergi dulu kita shalat jenazah bentar ya ? saya bertanya jenazahnya dimana itu di dalam mobil lagi masuk ke dalam area perkarang mesjid. Menunggu didalam mesjid sambil duduk, tiba tiba iringan jenazah masuk dan diletakkan di depan mimbar. Saya menghitung ornag yang hadir untuk melaksanakan jenazah ya kira kira 12 orang, dalam hati berkata kemana orang lain kok hanya segini ? ahh fikiran itu saya hilangkan dan saya berdiri dekat dengan jenazah.
Imam mesjid berkata yuk mari kita shalat jenazah yang bernama ..... Bin .... hati saya berkata apakah benar ini yang meninggal, kan dia orang kaya, punya toko, anaknya sekarang lagi diluar daerah rata rata tapi kok segini yang menyalatkan" dasar hati ini terus ngoceh. Shalat dilanjutkan dengan 4 x takbir seperti biasa dengan bacaan sirr (kecil yang didengar oleh telinga sendiri) takbir pertama surah alfatihah, kedua Shlawat, ketiga doa dan keemapat juga doa, selesai takbir imam berkata assalamualaikum wr wb dengan memalingkan muka kekanan dan salam kekiri.
Selesai itu saya juga terkejut imam nya lansung berkata sudah, sudah boleh diangkat, lagi hati saya ikut berkomentar "ya Allah kenapa g berdoa sedikit atau membaca fatihah rame rame untuk simayit yang dihadapan kita ini" . Setelah selesai saya duduk dengan orang yang saya kenal, karena anaknya bersekolah dimadrasah tempat saya mengajar, saya bertanya " pak ini siapa yang meninggal ? bapak itu menjawab "warga kita juga, jamaah disini, cuma anaknya saat ini satu di Bandung dan satu di Jakarta, meninggalkanya tadi pagi mendadak g ada yang tau, badahal kemarin sehat sehat aja dan kami juga masih berjamaah subuh".
Pertanyaan selanjutnya saya bertanya tadi kok sedikit sekali yang menyalatkannya ? jawabannya bikin saya berkerut, dia bukan orang sini, tidak punya banyak saudara, kebiasaan disini kalau ada saudara banyak yang datang tapi klau g ada saudara ya segini, seperti yang bapak liat ini, " penulis ingin lebih bnyak mengetahui lagi , bertanya lagi emangnya kawan atau karyawannya kemana ? "ooh klau karyawannnya hanya mengurusnya dirumah tadi selesai itu tidak lagi saya ketahui," ya Allah dalam hati saya sungguh kalu saya begini begitu sedih ya Allah.
Saat sampai di madrasah saya masih berfikir, ketika di tempat saya sebelum bertugas disini ketika ada orang meninggal berbondong bondong orang datang untuk menyalatkan, 15 menit sebelum waktu shalat jenazah bilal atau tgk imam mesjid mengingatkan dengan pengeras suara supaya mengehentikan kegiatan selama 15 menit datang ke mesjid untuk melakukan fardhu kifayah bersama sama alhamdulillah selalu ada yang datang minimal 100 orang atau lebih. Kejadian ini membaut hati saya semakin rasanya kangen untuk kembali berada di kampung halaman.
Saat ini terus berharap agar ketika diriku meninggalkan dunia ada teman teman yang hari ini duduk bersama dan bercengkrama dengan mereka, sahabat inilah yang datang menyalatkan diriku, teman teman yang datang pada kuburanku menemani diriku minimal dengan mereka membacakan yasin diatas nisanku, ingin maksimal mereka membacakan Alqur'an sekali khatam di atas kuburku dengan menghadiahkan pahalanya untuk diriku.
Dari kisah saya hari ini dapat kita ambil ibrah,
- Carilah kawan dan karyawan yang mau menemanimu hingga ke akhirat, dengan maksud jangan hanya diketika di dunia dia menjadi temanmu saat kamu butuh dia dialam selanjutnya untuk meminta pertolongan dia tidak bersedia malah berlari menjauh.
- Tidak ada guna kaya harta melulu di dunia namun saat akhir hanyat disebut miskin, bukti kaya adalah ketika kamu meninggal banyak orang yang merasa kehilangan dirimu, banyak orang yang menyalatkan dirimu dan banyak air mata yang jatuh karena sudah kehilangan sosok yang mereka idamkan (hal ini sebaliknya terjadi maka kamu dikatagorikan miskin)
- Bukti dirimu banyak saudara dan teman adalah diketika mati datang dan mereka berkata yang meninggal ini adalah saudaraku biarlah kami yang mengurusnya
- Pemimpin daerah harus ada qanun dan aturan yang mengajak mengingat kepada jalan kematian salah satunya minimal hanya waktu shalat jenazah hadirlah ke mesjid untuk menyalatkan warga, saudara atau teman. Karena melihat orang yang mati adalah nasehat yang paling besar.
Semoga bermanfaat, dalam kisah ini sengaja saya tidak menyebutkan lokasi tempat,tapi ini adalah benar terjadi apa yang saya kisahkan diatas.
Semoga bermanfaat.