Lihat ke Halaman Asli

halub©

Puisi, Cermin, Cerpen, dan Refleksi.

[Germentigjan24 #1] #26

Diperbarui: 10 Maret 2024   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

      Kalau sudah begini, anak itu tak lagi punya minat bercengkerama dengan keluarga. Sukhpbkds diam. Ayahnya pun paham, kalau anaknya, sepertinya sudah terlalu muak dengan gaya bicara, gaya mendidik yang satu arah, terlebih dia bukan lagi anak yang baru 9 atau 10 tahun lagi.

   Keduanya sunyi. Tak saling menatap, satu dua, tiga, empat orang sudah mulai meninggalkan kedai "Roti Bakar, Bakar Kerajaan Nateg!" Keramaian pergi teratur, kesepian merayap, lambat tapi tak ada yang mampu menolaknya.

   Kipas-kipas mulai dimatikan, para pelayan kedai sudah ada yang mengepel lantai kayu ulin. Sukhpbkds berdiri, meraih tangan Ayahnya, menciumnya, lalu pamit. Tak ada satu kata pun, kecuali. "Terimakasih Yah, pendidikan kalian luar biasa hingga saat ini." Ayahnya seakan dibuat tak mampu merespon, seolah diam membeku, mulutnya kelu.

   Lampu-lampu jalan---rasanya lebih baik diajak merenung, menjernihkan pikiran. Dari pada ocehan-ocehan omong kosong manusia. Terus saja mengoceh banyak hal, seolah paling berhasil melalui banyak badai maut kehidupan. Kenyataannya, adalah yang paling banyak gagalnya, tapi paling sibuk berceloteh tentang apa pun.

   Sudah lumayan banyak juga kehancuran yang telah kuterima. Angin-angin malam mulai terasa dingin sekali, jaket tebal seperti dibuat kalah telak. Kendaraan roda itu pun tak meraung, berjalan sesuai suasana isi hati Sukhpbkds.

   Memang, tak selalu, yang berkilau itu indah.

   Pamulang, Sabtu 270124, 21.27, halub




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline