Lihat ke Halaman Asli

halub©

Puisi, Cermin, Cerpen, dan Refleksi.

[Salah Mendidik #1] #22

Diperbarui: 24 Januari 2024   17:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

.

      Ratmon termenung, apa-apaan si Aban itu, sok banget! Buat apa kalau anak kita tak bahagia, lalu kita biarkan saja dia terombang ambing di lautan penderitaannya, yang entah di mana penghujungnya.

   Dua sisi sudut pandang bertabrakan. Perasaan dominan lebih kuat dari Ibunya Sukhpbkds. Sedangkan Ayahnya tahu betul arti dari sebuah tekanan, tidak lain adalah kekuatan menekan balik.

   Di ruangan tersembunyi---bawah tanah Sukhpbkds merasa harus segera ke permukaan. Secepatnya kembali melihat keadaan kedua orang tuanya. Biarpun dadanya sakit tak terperi, bersebab terpaksa mengikuti arahan Ibu yang dikuasai perasaan.

   Memang dari lubuk hati terdalamnya, dia 'yakin' kalau dirinya bisa melalui semua rintangan racun Nateg Belysa. Lagi-lagi begitulah, penonton serasa pemain, siapa yang menjalani, siapa merasa paling tersakiti, jadilah urusan ini kapiran rupanya. Terbengkalai.

   Ibu ibu, saya tahu---memang sosok yang perasa, merasa paling sayang; pada anak-anaknya, tapi sayangnya tak semua ekspresi rasa sayang itu benar jika diterapkan, banyak juga yang tak mesti diwujudkan sesuai nalar Ibu, sebab perasaan lah yang lebih banyak menyetirnya. 

   Sesuatu yang sederhana tak demikian jika di mata wanita, seolah mereka lebih suka yang rumit, acak-acakan, lalu selalu seringnya berdalih dengan, "namanya juga wanita." Terus selalu mau menang di segala kondisi. Padahal itu sikap yang menghambat banyak peluang berbuat baik lebih luas lagi, akhirnya menjadi sempit, rumit, terhimpit.

   Cls, Senin 220124, 22.23, halub #Germentigjan24

   




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline