Lihat ke Halaman Asli

halub©

Puisi, Cermin, Cerpen, dan Refleksi.

[Salah Mendidik #1] #16

Diperbarui: 17 Januari 2024   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

.

      Dengan segala upaya Aban mencoba peruntungan, namun belum juga ada sahutan yang sepadan. Tak mudah memang melawan sesuatu yang sejak awal sudah bengkok. Mau ditegasin, hancur. Dibiarin, makin bengkok tak karuan. Serba salah.

   Sukhpbkds pun jadi bingung, kalau dia melangkah ke Ayahnya, nanti Ibunya iri. Begitu sebaliknya. Halah ribet! 

   Kalau begini, baiknya aku saja yang pergi dulu dari rumah ini. Biarlah mereka menjadi seperti semula dulu. Semua butuh waktu, sehebat apa pun, seindah apa pun perjalanan, tetap akan bertarung melawan badai tak disangka juga.

   "Bu, Yah. Saya pamit, untuk beberapa hari ini tidak ke rumah ini dulu. Ingin memperbaiki diri. Ayah Ibu, jelas harus segera saling berbaikan." Ayah dan Ibunya mulai terpancing pergerakan anak mereka. Aku dulu yang harusnya menyapa dan bertanya, aku kan seorang pemimpin rumah tangga. 

   "Nak, mau ke mana? Memang sudah tak nyaman lagi ya tinggal di sini. Kamu kan sejak kecil di sini." Sukhpbkds tersenyum tipis. A, aku kalah cepat dari si wanita bawel, menyebalkan!

   "Suk, hati-hati ya di jalan." Ayah sambil menyodorkan amplop yang ditutupi tangannya, sengaja agar anaknya mencium tangannya. Jelas melihat itu Ibu makin memasang wajah judesnya, sangat tak enak dipandang.

   "Tenang Yah," sambil mengetuk dadanya dengan kepalan tangan kanan, sisi kirinya ke dada. "Kan Suk sudah besar, yang penting Ayah dan Ibu segera berbaikan lah. Tak elok begitu lama-lama."

   "O---tentu itu." Jawab Ayahnya ringan, santai sekali. Ibu entah sudah ke mana.

   Cls, 170124, 14.59, halub 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline