B, begitulah. Lumayan sulit dimengerti alur kehidupan ini. Aban tiba-tiba saja merasa harus segera menyudahi kemurungannya. Bergegas, bersiap-siap. Segera menyambut keadaan yang memang tak selalunya buruk.
Pandangannya kini terpusat pada---langkah yang lebih jauh lagi. Baginya sudah terlalu sulit mencari kerja di daerah sendiri. Selalu banyak dan ada saja alasan penolakan akan dirinya.
Padahal, fisik? Masih mampu. Mata? Masih cukup awas. Namun tetap saja, dunia lebih membutuhkan yang segar dan menyegarka. Biarpun dirinya sudah jauh ribuan, jutaan, milyar, atau bahkan triliunan jauh lebih tua dari makhluk tertua di dunia.
Mungkin juga, dengan kemudaan dan kesegaran itu, sedikit sedikit bisa menghibur jiwanya yang sudah terlalu sepuh dari para sesepuh yang pernah ada di dunia ini.
Aku harus memberitahukan anak lelakiku, sebab hidup ini tetaplah hidup, biarpun seperih dan segila apapun keadaannya. Tak lama Aban sudah tiba di rumah. Seperti yang dia rencanakan sebelumnya, segera dia eksekusi tanpa nanti nanti lagi!
Sekarang mereka duduk berdua, berbicara antara Ayah dan anak. Pembicaraan yang sangat mendalam, ini menyangkut banyak hal. Dengan telah melangkahnya dia ke jenjang yang tidak mudah, pun juga tak pantas juga jika dibilang sulit sulit terus. Makin menjadikannya mengerti, walau sedikit.
Arti dari 'mempersiapkan', 'setujuan', 'satu kesamaan cara pandang kehidupan!' Pun tanda dahsayat yang haram dianggap remeh jika sudah waktunya tanda itu memberi isyarat.
Cls, Rabu 100124, halub 14.45
#Germentigjan24
#10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H