Orang seperti kalian itu banyak, enggak usah ngerasa paling dari yang lain, jangan cepat merasa paling istimewa, biasa saja.
Benci celaan, gila pujian, keduanya membahayakan. Penyesalan kadang datang, keputusan sendiri suka disesali, tapi di penghujungnya tetap kembali teguh kembali.
Pelajaran paksaan; ada yang bisa disampaikan dengan bahasa manusia yang paling santun (bicara baik-baik), ada yang harus dengan sedikit bahasa hewan terbuas, ada juga yang baru nyambung ketika sedikit polesan bahasa setan dan iblis.
Semua pasti belajar, tidak mungkin tidak. Biarpun baru belajar menguji kesabaran seseorang, lalu berimbas binasa pada diri sendiri, semua beragam.
Ketika belum bersatu, disorak agar bersatu. Bersatu dibilang pisah. Pisah dikata pergi. Sebangsa senegara ini kah rasanya hidup bersama pemilik lapak di surga, MENGERIKAN.
Semua harus idealis, berjalan lebih baik dari dirinya. Ketika tidak. Dunia dianggap neraka. Begitu juga orang-orang yang tidak mau mampu hidup dengan caranya. Menyedihkan, tapi kenyataan.
Luka masa lalu yang belum usai, masih saja dilimpahkan ke generasi hari ini. Mengapa tak dibasuh saja sendiri, memang harus seperti ini dalam menemukan arti lain di tubuh dan pikiran itu?
Bengis nian. Telisik punya telisik, nasib sial diri sendirinya, ternyata itu. Tak boleh tidak. Harus ditularkan ke yang hidup tenang. Sadis.
Sibuk dengan menjaga penampilan di depan manusia, sedang di depanNya seadanya saja. Makna "tidak ada" yang palsu, sejatinya ketiadaan lah yang membentuk siapa pun yang mau menempa diri.
.
Cls, Selasa 12 September 2023, 17.5
4, halub