Lihat ke Halaman Asli

halub©

Puisi, Cermin, Cerpen, dan Refleksi.

Terlampau Menulang

Diperbarui: 3 April 2023   07:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: shooted by own it's camera

     .

   Berlagak dengan segenap asa,
Menarik perhatian publik,
Jika belum terasa, akan dibuat lagi, hingga,
Terasa dan penuh sensasi.
   Mulai dari postingan sensasional,
Candu ketenaran yang terlampau menulang,
Hati tembus, penuh dengan hasrat tenar yang tak tertahankan, komen-an memang lah pencarian.
   Batu di alam berevolusi menjadi kepala kepala bernyawa. Membatu pada kebenaran bagus. Jika sebaliknya, sial lah evolusi batu di alam, juga siapa pun yang terkait dan membatu prosesnya.
   Sensasi satu usai, buat lagi, lagi, dan terus hingga tak ada akhir selagi nyawa belum berpisah. Himbauan datang---abai---dianggap sampah, pencitraan, cari muka.
   Padahal, yang men-sensasi di atas pelana pembatuan dengan bahan bakar sensasional pencarian perhatian publik adalah bukti kedunguan yang terlampau tak ada obatnya, kecuali, MATI.
   Akhirnya hidup lah di bawah bimbingan nafsu dan perasaan, mencengokan bukan? Begitulah siklus yang paling nikmat dinikmati, seperti hidangan makanan terlezat yang disajikan gratis.
   Peringatan peringatan yang datang? Hah itu hanya alunan keirian yang memang begitu kerjaannya, selalu membatasi yang lain dengan alasan regulasi yang tidak sehat, enggak bermutu, merusak.
   Hiruk pikuk, kabar melenting tentang sosok yang enggak ada kapoknya, selalu ada kebencian di mana ada hembusan angin.
   Tidak ada yang pura-pura belum tahu, kalau "ikatan iman paling kuat adalah cinta dan benci karenaNya."
   Melengos, telinga ada, namun mode luar angkasa. Raga hadir jiwa hilang. Hasil dari perkumpulan penting dianggap biasa saja, bahkan tak penting.
   Mengherankan---yang tak bagus mengaku-ngaku bagus, heh kiamat sudah. Padahal yang bagus betulan pun tak pongah sibuk validasi juga sertifikat tanah.
   Di mana bumi dipijak---di situ langit dijunjung. Langit, bumi tak punya, ANGKUH membusukkan banyak hal, lain lagi jika tepat tempatnya.
   .
    Sabtu 1 Apr 2023, 21:37, halub

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline