Tempat yang berkumpul pemagut penuh sengat. Elok nian rupanya, terkesan manis, karena banyak tabir belum diungkap. Kemanisan belum lah manis, seringnya pahit lagi bersengat. Intensitas sebatas pemikat dengan perekat yang tak mungkin tak ada sengat di sana.
Berkurumun, lelarian, sesekali terhenti untuk saling menilai akan; tipu daya yang terpasang di raga masing-masing, menakutkan namun tetaplah terlihat jinak nan ramah. Semua berjalan hanya untuk bersabar tak lebih dari 24 jam lebih sedikit.
Selebihnya yang terperangkap, kolaps. Menyesal jangan ditanya. Tinggal menerima keadaan dengan paksa, lalu meyakinkan diri kalau inilah dunia dengan segala alurnya yang---kadang lebih sering tak mudah ditebak.
Tulisannya memang: jinak, ramah, santun duan lain-lain sebagai tambahan, dunia tak terlepas dari *menjual dan membeli, dijual dan dibeli*. Begitu seringnya menyamar pada bentuk yang tak terbayangkan lagi, padahal di dalamnya sedikit banyak biasanya ada salah banyak unsur itu.
Sengat-sengat yang telah bertransformasi, elok, indah seolah sangat harus direngkuh. Memagut dengan sengat pun tak dianggap bahaya, pemaknaan telah banyak berubah, mencongkel, memberontak dianggap prestasi dan kebaikan yang mesti dikembangkan.
Sederhananya penyelewengan makna, seperti: ta'ruf, padahal alasan buat zina; perasaan dan perkelaminan, mari berlindung kepadaNya dari kengerian yang sudah dianggap bukan dosa. Sedang siapa pun yang coba mengingatkan dosa dianggap gila berlagak malaikat.
Mematuk dengan racun yang sudah dianggap vitamin, etika kehidupan yang harus dilestarikan serta diadopsi ke tiap relung keluarga yang ada di dunia. Emang bikin bengong.
*
SMD, PM-T, Jl. KW, Limus Nunggal, Cileungsi, Bogor Regency, West Java 16820. Kamis 9 Feb 2023, 22:23, halub
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H