Lihat ke Halaman Asli

halub©

Puisi, Cermin, Cerpen, dan Refleksi.

Bantahan Kedengkian

Diperbarui: 24 Januari 2023   17:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

   Pernah belajar, melalui masa sulit yang terasa tak akan pernah terukir. Memaksa maju menuju kemustahilan.

   Hukuman sesungguhnya tiba, ternyata apa yang diupayakan tak ditakdirkan. Dikira bisa ternyata tidak. 

   Memangkas alur panjang nan penuh juang. Meneladani siapa siapa yang sudah menapaki jalan terjal itu.

   Menahan diri dari emosi, memudar bersama usia, tekad yang runtuh, batasan yang menjulang.

   Semua kan usang tanpa disebutkan dengan kata yang terangkai seindah apa pun. Medali akan tersingkir dengan mati.

   Perlahan, namun pasti. Mendayung suara bersama, ketika yang dicitakan diupayakan tak tercapai.

   Itulah seberat-berat hukuman. Khayalan tinggal lah kahayalan. Menilik ulang atas dasar apa melangkah ke sana.

   Makin hari, makin menjadi-jadi. Yang semula biasa sudah mengkeladi bersama keadaan. Lupa kita sedang di mana?

   Di Tanah orang, yang kita hanya tamu semata. Lupa menguasai. Mencengkram malu, menggeliat seolah penduduk asli.

   Benar-benar tak habis pikir. Ternyata, bertingkah sesuka hati, setelah dikasih hati menjadikan diri semakin angkuh.

   Pendatang yang selalu membantah peringatan yang datang. Berdalih "Aku datang hanya untuk belajar."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline