Lihat ke Halaman Asli

Suhadi Sastrawijaya

Suhadi Sastrawijaya

Miskin Itu Hanya Soal Persepsi

Diperbarui: 21 Oktober 2022   14:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: liputan6.com


Miskin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Jadi orang-orang miskin ini adalah mereka yang berpenghasilan rendah, tidak punya harta bahkan untuk makan sehari-hari saja pas pasan.

Namun jika kita kroscek lebih lanjut? Apakah orang-orang seperti mereka ini merasa susah dengan kondisi yang terjadi pada dirinya? Misalnya sering mengeluh, uring-uringan, dan merasa kurang. Karena faktanya orang yang punya gaji besar, punya harta bergerak yang memberikan penghasilan tiap hari, lalu rumahnya layak huhi, justru diantara mereka banyak juga yang merasa kekurangan. 

Mereka sering mengeluh, berambisi ingin mendapatkan sesuatu yang lebih besar dari yang dia punya. Minder dengan dirinya ketika bersama orang-orang yang lebih berharta dari dirinya.

Sementara di luar sana ada juga orang yang kerjanya hanya Serabutan dan penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, tapi mereka tidak mengeluh dan tetap berpikir positif. 

Maka dengan melihat kenyataan ini bukankah orang yang hidupnya pas pasan itu tidak selamanya disebut muskin? Begitu pun sebaliknya jika orang berharta sering mengeluh, selalu merasa kekurangan bukankah itu tanda-tanda orang kekurangan? Bukankah orang-orang yang kekurangan itu adalah definisi miskin dalam KBBI?
 

Jadi jika kita melihat pada hal ini miskin itu sebenarnya hanyalah persepsi. Baik persepsi diri kita untuk diri kita sendiri, maupun persepsi diri kita terhadap orang lain.
 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline