Jika Anda seorang guru, maka kata TES atau EVALUASI bukanlah barang aneh. Guru dalam menjalankan profesinya setiap saat akan selalu bersentuhan dengan kegiatan melakukan tes atau evaluasi kepada anak didiknya. Sebenarnya, ada beberapa jenis tes yang harus dilakukan oleh seorang guru. Jika kita menilik tes berdasarkan waktu pelaksanaannya pada suatu unit pembelajaran, maka tes atau evaluasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
1. Tes yang dilaksanakan pada awal pembelajaran.
2. Tes yang dilaksanakan saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
3. Tes yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran.
Tes yang dilaksanakan di awal pembelajaran disebut juga placement testing (tes penempatan). Tes yang dilaksanakan di akhir pembelajaran disebut juga summative testing (tes sumatif). Sedangkan tes yang dilaksanakan pada saat proses suatu unit pembelajaran sedang berlangsung dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu formative testing (tes formatif) dan diagnostic testing (tes diagnostik).
Pada tulisan saya kali ini, khusus akan membahas lebih detail tentang tes diagnostik (diagnostic test).
Saat seorang guru sedang melaksanakan suatu unit pembelajaran tertentu beberapa anak didiknya mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan meskipun telah dilakukan program perbaikan (remidial), pada benak seorang guru mungkin akan muncul pertanyaan: "Mengapa anak didik saya tidak bisa mencapai tujuan pembelajaran? Apakah mereka menemui hambatan/kesulitan? Pada bagian mana letak kesulitan/hambatan itu muncul? Bagaimana cara mengatasinya?"
Nah, pada saat anak didik mengalami masalah/hambatan dalam belajar, dan sedemikian sulit diatasi dengan pengajaran remidial, maka sebaiknya guru memberikan tes diagnostik. Tes diagnostik dimaksudkan sebagai suatu studi yang lebih mendalam mengenai kesulitan belajar anak didik.
Tes diagnostik biasanya adalah sebuah tes yang dibuat dengan jumlah item soal yang cukup banyak pada suatu materi tertentu/spesifik. Item-item soal dibuat dengan sangat sedikit perbedaan variasi dari satu item soal ke item soal lainnya sehingga penyebab kesulitan/hambatan belajar dapat terdeteksi.
Tujuan khusus pembuatan tes diagnostik misalnya untuk menjawab pertanyaan: "Apakah siswa mengalami kesulitan belajar Bahasa Inggris karena mereka tidak mengerti Grammar ataukah karena jumlah kosakata yang mereka miliki terlalu sedikit?" Atau pertanyaan semisal: "Apakah siswa mengalami kesulitan memahami konsep persilangan monohibrib pada pelajaran biologi karena mereka tidak mengerti tentang cara menemukan gamet? Ataukah karena mereka tidak mengerti cara menuliskan diagram persilangan pada papan punnet? Ataukah karena mereka tidak mengerti konsep dominan dan resesif?".
Demikianlah, tes diagnostik memfokuskan tujuannya pada pencarian letak kesulitan anak didik dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga pembelajaran perbaikan yang akan diberikan dapat menjadi lebih efektif menuju letak permasalahan belajar yang dialami anak didik.