Lihat ke Halaman Asli

Suguh Kurniawan

video editor | vidographer | street photography | film doumenter | Sampel project ada di youtube dan Instagram: Docu Bandung

Subcomandante Marcos: Dari Perang Bersenjata Hingga Revolusi Literasi

Diperbarui: 18 April 2024   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://soundsandcolours.com/static/2013/10/marcos.jpg

            Narisisme membuat seseorang mengukur dirinya lebih dari kenyataan. Merasa rupawan, kaya, terkenal dan segala kege'eran lain telah membuatnya alpa tuk melakukan introspeksi. Karena itu secara angkuh ia menganggap diri sebagai something dan orang lain hanya Nothing. Namun tak demikian halnya dengan Subcomandante Marcos, pemimpin gerakan pembebasan Zapatista ini kendati telah mengispirasi dunia dengan perjuangannya yang luar biasa inspiratif, ia sama sekali tak menunjukan tanda tanda kenarsisan.

Awal Pemberontakan

            Pada 1 Januari 1994 dunia tersentak, saat tiga ribuan pejuang Indian Maya bersenjata yang menyebut diri mereka sebagai Tentara Pembebasan Nasional Zapatista (EZLN) menyerbu dari pengunungan Lacandon dan mengepung negara bagian Chiapas, Mexico. Dalam waktu singkat kota kota praja serpeti San Cristobal de las Casas, Ocosingo, Las Margaritas, Altamirano, Chanal, Oxchuc dan Huixan dikuasai.

 Istilah Zapatista berarti orang orang Zapata, menunjukan keterkaitan mereka dengan Emiliano Zapata pejuang legendari Meksiko pada 1911. Dalam balutan balaclava (topeng ski hitam) mereka menyatakan perang pada pemerintah atas segala kebijakan yang tak memihak petani miskin selama ini. 

Apalagi pada saat bersamaan, Mexico, Kanada dan Amerika menandatangani draft perdagangan bebas, NAFTA (North America Free Trade Agreement). Sebuah draft yang menjadi lonceng kematian bagi para petani adat Indian di Chiapas karena mereka dengan alat seadanya seperti cangkul dan arit, kini harus menghadapi pemodal pemodal raksasa dengan segala traktor dan peralatan canggih mereka.

            Carlos Salinas De Gorgoti, presiden Meksiko saat itu melakukan langkah langkah pro pasar, seperti, mengamademen pasal 27 UUD 1917 yang memberi dampak tanah adat bisa secara bebas diperjual belikan hingga masyarakat masyarakat penggarapnya bisa dengan mudah digusur. Selain menjual 8% BUMN pada swasta, pemangkasan subsidi menurunkan daya beli masyarakat. 

Padalah sebelum draft kesepakatan NAFTA ditandatnganipun, bila diukur dari sisi kesejahteraan Chiapas sejak lama telah mejadi negara bagian dengan status 'darurat sosial'. Kendati kekayaan alamnya setiap hari berpotensi menghasilkan 92 ribu barel minyak, 517 miliar kaki kubik gas alam serta 35% kopi produksi Mexico berasal dari daerah tersebut, namun rakyatnya hidup berkubang kemiskinan.

 Separuh dari 3,5 juta penduduknya tidakpunya air layak minum, dua pertiganya tidak punya saluran pembuangan.  12 persen rumah beratap kardus sedang 12 ribu komunitas  tidak punya sarana transportasi apapun selain jalan setapak. Hal tersebut diperparah dengan masalah kesehatan. Pada 1994 malnutrisi, kolera, TBC, disentri dan penyakit penyakit lain telah menwaskan 15000 penduduk setiap tahunnya.

Inspirasi Dibalik Topeng

            Dalam pemberontakan itu para pejuang mengeluarkan famplet berjudul Eldespertador Mexicano (penggugah bangsa Meksiko). Di dalamnya terdapat tuntutan kesetaraan dalam: lapangan kerja, tanah, papan, pangan, layanan kesehatan pendidikan, kemerdekaan, kebebasan, demokrasi, keadilan dan perdamaian. Pemerintah Menaggapi tuntutan tersebut, dengan mengerahakn 70.000 pasukan ke Chiapas. Mereka mengirim pesawat tempur untuk melancarkan pemboman dari udara dan melakukan serangkaian penangkapan atas meraka yang dituduh sebagai anggota Zapatista atau simpatisannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline