Dibandingkan sinetron agaknya cerita soal Anggiat Pasaribu jauh lebih menggigit. Hanya, sayang ending terlalu klise dan tidak ada kejutan. Terlalu lebay, dan si tokoh antagonis keterlaluan ceroboh dalam merangkai argumentasi cerita.
Begitupun tetap menarik untuk ditelusuri kembali mengapa Rindu, nama panggilan Anggiat Pasaribu, membuka cerita dengan caci-maki? Bukan kepada orang dengan umur sepantaran, tetapi kepada wanita jauh lebih tua. Mungkin lebih cocok seusia ibunya, atau neneknya. Sangat tidak seimbang bila perempuan seumuran itu coba-coba dijadikan mitra-tanding "kegemarannya" berkata-kata kasar-keras-menyinggung perasaan.
Entah pikiran apa yang berkelebat di kepalanya saat itu. Entah pula geram-kesal-marah dan ketergesaan apa yang mengharuskannya menyalahkan orang lain di depannya pada antrian keluar dari pesawat terbang di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Mungkin banyak alasan lain yang menyebabkan sikap meledak-ledak seperti itu. Padahal pintu belum dibuka. Maka keluarlah kata-kata "bernas", ditambah dengan pernyataan yang entah dengan tujuan apa dengan menyebut-nyebut diri sebagai "anak jenderal bintang tiga".
Sangat kebetulan yang dihadapi Arteria Dahlan, seorang anggota DPR RI dari Praksi PDIP dan ibundanya, Wasmiar Wahab. Perilaku "kurang-ajar dan melampaui batas" (menurut penilaian Anggiat sendiri atas tindakannya) itu lengkap terekam audio-videonya. Ketika diunggah ke media sosial tak perlu waktu lama menjadi viral. Tudingan keras mengarah kepada Anggiat. Perilaku buruk itu sangat mudah dihakimi netizen.
Memang ada juga yang menuding Arteria Dahlan dengan sebutan karma. Itu tudingan dari seorang ustaz terkait nada keras Arteria Dahlan terhadap Prof. Emil Salim pada layar tv beberapa waktu lalu. Mengherankan, entah dalil apa yang digunakan Pak Ustaz hingga menemukan sebutan "karma" untuk apa yang dialami Arteria.
*
Buka-Bukaan
Mungkin Anggiat Pasaribu memang gemar betul merendahkan orang lain. Mungkin juga sekadar sekadar ingin dianggap hebat di mata orang lain, sehingga mengaku-ngaku anak jenderal bintang tiga. Sejauh ini belum jelas siapa si jenderal TNI bintang tiga yang dimaksudnya. Ada betul-betul sosoknya, atau sekadar karangan, alias omong kosong.
Belakang yang ada "hanya" jenderal bintang satu. Yaitu Brigjen Zamroni, mantan Dandim Jaksel yang kini berdinas di BIN, yang tampak "mengawal" Anggiat Pasaribu.