Lihat ke Halaman Asli

Sugiyanto Hadi Prayitno

TERVERIFIKASI

Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Ambisi Ganjar Dibilang "Mblandang"

Diperbarui: 25 Mei 2021   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sosok ganjar pranowo , gubernur jatreng - kader pdi perjuangan - jabar.tribunnews.com

Ganjar Pranowo tidak diundang dalam hajatan yang mendatangkan Puan Maharani sebagai pembicara. Padahal semua kader lain diundang. Ini gubernur (yang juga kader partai pilihan) malah dilewatkan. Ada apakah gerangan? Ada yang menyebut Ganjar terlalu berambisi menapaki jalan menuju Pilpres 2024 mendatang. Mungkin maksudnya, terlalu dini.  Hal itu membuat lingkaran dekat Megawati -- Puan Maharani jengah.

Ketua DPD PDI-P Jawa Tengah Bambang Wuryanto (Pacul) membenarkan, Ganjar tidak diundang. Ia menilai Ganjar terlalu berambisi untuk maju sebagai capres. "Tidak diundang! (Ganjar) wis kemajon (kelewat maju). Yen kowe pinter, aja keminter (Kalau kamu pintar, jangan sok merasa pintar),"  ujar Bambang Wuryanto, Sabtu malam (22/5/2921). 

Berambisi boleh saja, tapi jangan terlalu. Itu maunya Bambang. Sebab semua yang bersifat "terlalu" tidak baik. Demikian pun kata terlalu atau tidak, entah apa ukurannya. Mungkin sekadar menuruti perasaan dan prasangkanya saja. Untuk menyebut seseorang sudah "terlalu" sesungguhnya juga merupakan hal yang tak kalah "terlalu" pula. Apalagi karenanya tidak mengundang. Kalaupun tidak mengundang sebagai kader, minimal sebagai gubernur. Di sini tampak, Bambang Wuryanto  tidak pinter tapi keminter. 

Demikianlah, penilaian kalangan intern partai politik berlambang banteng moncong putih terhadap Ganjar Pranowo (seorang kader PDI Perjuangan yang saat ini menjadi "petugas partai" sebagai Gubernur Jawa Tengah untuk periode 5 tahun kedua). Bahkan Ketua DPD Partai Golkar Jateng Bambang Pacul mengemukakan, Ganjar sudah "mblandang" (Jw),  menerabas terlalu jauh/maju.

Beberapa indikasi hingga Gajar memperoleh sebutan "terlalu" dan "mblandang", pertama, terlalu banyak tampil di media massa dan media sosial. Kedua, elektabilitasnya di atas Puan (yang digadang-gadang oleh Ketua Umum PDIP sebagai bakal capres/cawapres pada pilpres mendatang).

Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta Ujang Komarudin mengatakan, tidak diundangnya Ganjar (dalam acara PDI Perjuangan (PDIP) di Panti Marhaen, Kantor DPD PDIP Jateng, Kota Semarang, Sabtu), merupakan tanda PDIP tak bersedia memberikan perahu untuk maju sebagai capres dalam Pilpres 2024.

Itu berarti pula, Ganjar (bila jujur dengan ambisinya) bisa ancang-ancang untuk menyeberang ke partai lain. Mau ke parpol yang bendera berwarna kuning, hijau, biru, atau malah putih; tergantung daya/posisi tawar yang  dimiliknya.

Terkait dengan rivalias dengan Puan Maharani, Survei Pusspoll Indonesia menyebutkan popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, berada jauh di atas Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Puan Maharani.

Ketiga,  popularitasnya sebagai Gubernur untuk Pilpres 2024 juga tinggi, bersaing dengan (sesama gubernur) popularitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubenur Jabar Ridwan Kamil.

*

Bersamaan rebut-ribut soal Ganjar tidak diundang, muncul satu kalimat soal dalam buku pelajaran, yaitu: "Pak Ganjar tidak pernah bersyukur" (dengan menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha), dan tidak pernah menjalankan salat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline