Sangat banyak ayat suci, hadis, maupun doa yang disampaikan para Ustaz terkait dengan pelaksanaan Ramadan. Berbeda dibandingkan dengan bulan-bulan lain, Ramadan merupakan bulan khusus. Bulan suci, bulan yang penuh kemuliaan, ampunan, dan maghfirah.
Ayat suci yang selalu disitir para penceramah dalam tausyiah jelang salat berjamaah tarawih, maupun sesudah salat subuh berjemaah di masjid, yaitu Al Quran, Surat Al Baqarahl (2), Ayat 183. Dalam Arab-Latin: "Y ayyuhallana man kutiba 'alaikumu-iymu kam kutiba 'alallana ming qablikum la'allakum tattaqn" Yang artinya: "Hai, orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Bahasannya: mahluk yang diseru adalah orang-orang beriman. Mereka yang beriman belum tentu bertakwa. Ukuran bertakwa yaitu melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya.
Kewajiban berpuasa itu bukan baru pada umat Rasulullah, melainkan sudah diwajibkan kepada umat-umat Nabi terdahulu. Seruan itu bersifat wajib. Puasa merupakan rukun iman ke 4. Rukun iman pertama yang bersyahadat (mengucapkan dua kalimat syahadat), dilanjutkan mendirikan shalat, membayar zakat, kemudian berpuasa pada bulan Ramadan, dan terakhir menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.
Namun, ada lagi tuntutan lain bagi orang yang mengaku bertakwa, yaitu yang sebenar-benarnya takwa. Bukan hanya dimulut, bukan hanya di depan orang untuk pamer, bukan hanya ibadah ritual tetapi juga ibadah sosial. Semua itu harus dilandasi dengan keikhlasan-kekhusukan-keistikomahan pada saat melaksanakannya.
*
Adapun Hadis yang paling penulis sukai yaitu tentang dua kegembiraan orang berpuasa.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): "Untuk orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabb-nya." (HR Muslim, No. 1151).
Bagi orang yang tidak menjalani, berpuasa Ramadan terasa sangat memberatkan, menyiksa diri, dan sama sekali tidak menggembirakan. Padahal hal sebaliknya yang mereka rasakan. Orang mampu bertahan dalam kondisi sulit, bahkan di belahan dunia lain waktu berpuasanya sampai sekitar 20 jam, dan dijalani dengan penuh kesungguhan. Kegembiraanlah salah satu penyebabnya.
Gembira saat berbuka. Begitu adzan maghrib bergema, atau saat sebulan penuh telah dilalui dengan baik, tidak ada rasa lain kecuali gembira. Sangat gembira. Ujian fisik-mental-hati terlampaui. Tinggal berhap pahala dari Sang Khalik. Dan sudah ada janji, pahala puasa Ramadan akan diberikan langsung dari Allah. Pada saat pertemuan kelak.
Demikianpun orang-orang yang berpuasa harus bersungguh-sungguh dalam puasanya. Sebab banyak oang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Mengapa? Perhatian pada tingkatan mana kualitas puasa kita.