Lihat ke Halaman Asli

Sugiyanto Hadi Prayitno

TERVERIFIKASI

Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Ramadan dan Ceramah Agama yang Menyejukkan

Diperbarui: 15 April 2021   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ceramah syekh ali jaber di sebuah stasiun tv semasa hidupnya - muslim.okezone.com

Ramadan menjadi bulan penuh berkah dan maghfirah. Para Ustaz dan penceramah agama memenuhi mimbar, di mushola, masjid, dan tempat-tempat pengajian untuk menjabarkan praktik dan hakikat Ramadan bagi setiap muslim.

Dalam satu hari pada satu masjid rata-rata dua kali ceramah dilakukan. Malam sesudah salat Isya' berjemaah, sebelum salah tarawih. Dini hari, sesudah salat berjemaah subuh. Meski pendek dan ringkas ulasan yang dibawakan para Ustaz, maknanya besar bagi jemaah.

"Saya suka penceramah yang menyejukkan gaya dan isi ceramahnya..." ucap Bu Sulimah sepulang salat tarawih di masjid, sambil mengenang sosok kharismatik Syekh Ali Jaber.

"Menyejukkan? Bukankah masjid kita ini sudah ber-AC?" sahut Tante Rin yang berjalan beriringan, bercanda.

Bu Sulimah tertawa. "Bukan itu. Maksud saya, penceramah yang tidak menggurui, tidak menakut-nakuti, yang tidak merasa benar sendiri. Bukankah tugas Ustaz hanya menyampaikan. Soal bagaimana nanti nasib tiap jemaah, itu uruan Allah...!"

Tante Rin mengangguk-angguk. "Setuju. Seperti Ustaz yang ada di stasiun tv itu ya, Bu?"

Bu Sulimah tersenyum saja. Lalu melambaikan tangan. Keduanya berpisah di perempatan terakhir di ujung kompleks perumahan. Senyum Bu Salamah mengembang karena teringat pada kewajiban setiap orang berdakwah, yaitu menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk beriman kepada Allah SWT sesuai dengan akidah.

*

Banyak cara untuk mengajak orang lain pada kebaikan. Dari sekian banyak cara itu, yang pertama dan utama, tentu menjadikan diri sendiri baik. Bila perlu terbaik. Baik dalam pikiran, ucapan, tindakan dan hati. Baik terhadap diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan sekitar. Baik dalam urusan dengan Tuhan, yang melaksanakan hal-hal yang diperintahkan dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya.

Dalam bahasa agama, hal terakhir disebut takwa. Jabarannya luas, dan mendalam, untuk sampai pada predikat orang yang bertakwa. Tidak sekadar menahan lapar dan dahaga, serta hal-hal yang membatalkan puasa lainnya.

Tentu saja orang-orang yang bertakwa, dengan sesungguh-sungguhnya takwa, sangat memadai untuk menjadi orang yang mengajak pada kebaikan. Sangat cocok menjadi guru, baik pengetahuan dunia maupun pengetahuan keakhiratan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline