Mungkin usia tua yang membuat banyak orang menjadi pelupa. Dan seperti banyak pelupa yang lain, kebanyakan lupa meletakkan (atau menyimpan) suatu barang. Bagai si tua yang paling sering lupa jeletakkan kacamata. Sudah bigung mencari kesana-kemari, padahal yang dicari bertengger di atas dahi sendiri.
Bagi mereka yang pelupa bahkan isteri sendiri pun dilupakan. Ada seorang teman kerja yang mengantar isteri berbelanjar di sebuah pasar swalayan. Ia menunggu saja ketika si isteri berputar-putar berkeliling pasar swalayan.
Ya maklumlah, kaum ibu selalu pemilih. Sudah ketemu satu barang masih juga membandingkan dengan yang lain. Setelah sekian lama membandingkan keputusan akan membeli barang pertama yang dijumpainya. Jadinya memutar lagi.
Nah, suami yang setia dan rela antar-jemput isteri berbelanja itu entah oleh pikiran apa tiba-tiba bergegas pulang. Mungin teringat ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Tentu saja anak-anak di rumah bingung menanyakan ke mana ibu mereka. Suami pelupa itu hanya tertawa geli, mentertawakan kelucuan dirinya sendiri. apalagi ketika diingatkan, bahwa peristiwa itu buka yang pertama kalinya.
*
Ada lagi seorang pensiunan yang selalu lupa mengenakan masker. Bila ke masjid kebiasaannya mengendarai sepeda motor, memakai helm ((menghindari angin), dan membawa sajadah. Sebab jarak lumayan jauh. Suatu hari lantaran keasyikan bermain dengan para cucu sampai telat bersiap salat maghrib.
Di tengah perjalanan baru ingat, masker belum dikenakan. Ia pun buru-buru berbalik arah mengambil masker. Iqomah sudah terdengar jadi ia cepat-cepat saja. Masker dikenakan lalu berangkat. Di tengah jalan baru ingat, helm tertinggal di kursi teras. Maklumlah, untuk mengenakan masker maka helm dicopot dulu. Tapi kali ini ia tidak pulang lagi.
Lupa megenakan masker menjadi kebiasaannya. Dulu sebelum Covid 19 mengganas, lupa sajadah. Lain waktu lupa mengambil sandal orang lain (mirip-mirip sandal miliknya).
*
Beda lagi ceritanya dengan Sunardi. Lelaki 62 tahun warga Kalurahan Putat, Kapanewon Patuk, Gunungkudul, Yogyakarta itu punya gaya lupa yang berbeda. Bukan hal-hal remeh-temeh.
Ia sering lupa di mana menyimpan uangnya. Ketika ia pindah rumah, rupanya ada sesuatu yang dilupakannya. Yaitu tabungan, berbentuk lembaran-lembaran rupiah. Nilainya lumayan banyak, yaitu Rp 4 juta.