Lihat ke Halaman Asli

Sugiyanto Hadi Prayitno

TERVERIFIKASI

Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Menulis untuk Asyik dan Sibuk, Pensiunan, dan Merawat Ingatan

Diperbarui: 3 Juli 2020   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mesin tik tua - www.ef.co.id

Hidup ini harus dilalui dengan asyik. Dengan asyik kita menjadi sibuk. Adapun pilihan asyik dan sibuk tiap orang tentu berbeda. Tergantung pada apa yang dirasa perlu dan enak. Tergantung pada apa yang dirasa menguntungkan, menyenangkan, memberi manfaat. Sebaliknya ada saja orang yang tidak mampu asyik dan sibuk. Itu biasanya orang-orang yang tidak punya cukup inisiatif untuk melakukan sesuatu. Bahkan juga orang-orang yang lebih suka ikut kegiatan orang lain.

Dengan keasyikan tertentu seseorang menjadi sibuk, dan dengan kesibukan tertentu orang menemukan keasyikan. Demikian pun tentu berbeda antara orang sibuk berdzikir dibandingkan dengan orang sibuk melamun. Beda antara orang sibuk bekerja dengan yang berfoya-foya. Beda antara yang asyik berolahraga dengan yang tidur dan bermalas-malasan.  

Saya termasuk dalam kategori yang kurang pintar memanfaatkan waktu untuk asyik dan sibuk itu. Itu mengapa saya kadang iri pada mereka yang punya keasyikan dan kesibukan. Saya iri pada teman-teman yang tidak tergiur ajakan bermain sepakbola sementara banyak teman sebaya lain (seusia SD) riuh dalam permainan adu tangkas-lari-berkelit-giring bola dan sesekali berkelahi itu. Juga pada mereka yang tidak terpengaruh ajakan untuk memancing dan berenang di sungai. Yang memilih tetap mengerjakan apa yang sedang dilakukannya meski ajakan bermain datang bertubi-tubi.

Sebaliknya saya ikut saja apa yang teman-teman lain lakukan. Main petak umpet, main layang-layang, main kelereng, dan banyak lagi. Itu masa kecil. Sekadar ikut dan meramaikan. Tanpa punya keasyikan dan kesibukan.

Namun, seperti tiba-tiba saya harus melupakan kebiasaan itu  sedikit demi sedikit manakala saya mengenal kegiatan menulis.

Ya, menulis dengan ballpoint di kertas garis, di kertas HVS, dan sesekali menggunakan mesin ketik. Saya mampu berlama-lama dengan aktivitas itu. Saat itu saya menemukan makna asyik dan sibuk. Di sana ada mengingat, berpikir, menyimak dan memperhatikan, serta mencermati huruf-kata-kalimat hingga alinea.

Selain menulis keasyikan dan kesibukan lain yaitu membaca. Bukan membaca pelajaran sekolah, tetapi koran-majalah dan roman/novel lama. Sejak itu saya tidak sempat lagi punya perasaan iri terhadap teman-teman. Sebab saya pun mampu mengabaikan bujukan teman untuk bermain bersama mereka, meski semenarik apapun ajakan itu. 

*

Keasyikan dan kesibukan merupakan salah satu modal penting untuk menjadi lebih baik. Setidaknya dibandingkan teman lain yang tidak punya. Sebab asyik berarti tekun dan rutin, sibuk berarti adea aktifitas meski sekadar berpikir.

Oang yang punya keasyikan dan kesibukan berarti memiliki ketertarikan dan perhatian terhadap apa yang dilakukannya lebih tinggi dibandingkan orang lain. Bahkan orang semacam itu tidak segan-segan  mengeluarkan tenaga-pikiran bahkan biaya.

Namun, perbedaan pilihan memang memberi perbedaan hasil. Tak sedikit orang yang memilih keasyikan tidak produktif, bahkan merusak atau kriminal. Hobi bermain catur misalnya, asyik dan sibuk nggak habis-habis. Tetapi kalau bukan pemaincatur profesional --yang mencari nafkah dari permainan itu- untuk apa harus menghabiskan waktu bila sekadar memburu senang-asyik-sibuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline