Lihat ke Halaman Asli

Sugiyanto Hadi Prayitno

TERVERIFIKASI

Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Sepeda Onthel dan Kenangan Touring pada Akhir 80-an

Diperbarui: 27 Juni 2020   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

bersepeda onthel di kota lama - travel.kompas.com

Bersepeda itu sehat, kuat, dan menyenangkan. Apalagi bersama kawan-kawan, beriring-iring, melewati aneka kondisi jalan dan pemandangan alam kiri-kanan jalan. 

Tidak ada perasaan lelah dan kurang minat. Sebab memang itulah salah satu pilihan yang memadai pada masa itu. Akhir tahun 80-an. Ada nuansa petualangan kecil-kecilan, pelampiasan hobi dan kenekatan, bercampur kesembronoan, dan kurang perhitungan.

Itulah kenangan, dan tentu juga kebanggaan (betapapun sederhana). Selain menulis, bersepeda memang menyenangkan bagi saya. Hobi bersepeda berawal dari tuntutan sebagai sarana transportasi saat bersekolah hingga kuliah. Lalu untuk touring, melihat hal-hal di luar sana, yang berbeda dari keseharian.

Dengan bersepeda saya melakukan perjalanan Yogya-Solo-Magetan - Sarangan-Tawangmangu-Solo-Yogya. Lalu bersepeda pula dari Yogya ke Pekalongan, dan kemudian bersepeda pula Yogya-Surabaya, pergi pulang. Perjalanan pertama 2 hari, perjalanan ke 2 dan 3 sampai 5 hari.

Satu malam menginap di perjalanan (di mana saja), dan satu malam di tempat tujuan (di rumah teman/kenalan). Masih ingat saya dalam perjalanan di Ungaran menginap di rumah dinas Mas Giran (pegwai dinas pertanian), di Pekalongan menginap di Koh Alim (mahasiswa di Yogya yang sedang pulang kampung). Dan di Surabaya menginap di rumah Pak Yasin (di kompleks Angkatan Laut). Rombongan kami atas kebaikan seorang kepala desa juga pernah menginap di sebuah pendopo (tanpa dinding).

*

Sekolah, Lebaran

Saya bersepeda dari kelas 1 SMA (Pajeksan -- Pakuncen) hingga tahun ketiga kuliah (Pajeksan -- Bulaksumur). Enam tahun. Dengan sepeda yang sama, sepeda model kuno dengan "dalangan" antara sadel dengan batang ke stang.

Bersepeda jarak dekat sudah biasa, diantaranya ke Kotagede (rumah teman SMA, pengarang), Imogiri (makam raja), Gua Selarong (petilasan Pangeran Diponegoro), Prambanan (candi), Bantul (ikut perkumpulan tenaga dalam), Pantai Parangtritis dan Pantai Samas (lokasi wisata). Pagi berangkat, sore pulang. Tetapi bersepeda jarak jauh memang perlu persiapan lebih matang. 

Menggunakan sepeda yang sama, saya bersama 4 orang teman mendapati tanggapan heran dan tidak mengerti dari orangtua maupun keluarga dan tetangga. Sebab kami selalu berangkat "touring" pagi-pagi pada hari pertama Idul Fitri (setelah salat Ied).

Ada beberapa keuntungan bersepeda jauh pada hari pertama Lebaran itu. Pertama, jalanan dan lalu lintas relatif sepi (tidak seramai dan semacet hari lain). Kedua, sekolah/kuliah belum  ada kegiatan. Ketiga, merayakan Lebaran di jalan sangat menggembirakan (selepas berpuasa sebulan dengan aktivitas ketat berpuasa pada siang hari dan beribadah pada malam hari). Keempat, ada cukup uang di saku dari orangtua untuk ber-Lebaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline