Suara azan menyeru diantara panggilan, pulang
atau sengaja berpaling. |
Bila pun lubang telinga tersumbat, hasrat
teguh sukar tersaring.
Suara beserta rupa, saling serap dan pantul, ke semua arah
dimuarakan.
Siang berawan tebal, dan suara itu terlontar dari langit tinggi
sebuah mushala di ketinggian.
Meluncur ia turun ke lembah dan sawah, lalu hinggap
bening di ujung hati.
Aku merasakannya lewat segenap rindu
dan linang yang tak mudah terurai.
Azan menepis semua bising, bila mata dan telinga
lena sekilas saja, tak akan tampak ke mana rasa
hendak dilabuhkan.
Selain pada hari, lelah menimang cerita suka dan duka
jauhan atau ke mana pun jumpa dapat disegerakan.
Dalam sujud dan rukuk, pada lafal doa
dengan segenap keheningan yang teduh.
Urusan didudukkan, sepi ditambatkan
ke langit jauh kita berhadap-hadap.
PadaMu ya Allah, padaMu
semata serah segenap sembah.
Pada hening tempatku menyimpan beribu harap
siang hingga larut malam, dan pada semua waktu
kesadaran, manakala bintang - bulan berpendaran.
Di mana pun suara azan mengisi relung suara
menerpa dan menyeret langkah
untuk kembali.
Ke awal janji, jiwa lemah, luka terendap
ke kiblat akhirnya jejak wajah harus disematkan.
Suara azan
enggan henti melumati diri, keangkuhan.
Subhanallah, mampu juga kumenyeruMu
diantara suara Azan***
Sekemirung, 7 -- 22 Mei 2020
Keterangan:
Orang yang mengumandangkan azan dinamai Muazin. Ia terpilih karena suara merdu, fasih dan lantang. Sering disebut pula sebagai Bilal, yaitu Bilal bin Rabah, orang pertama kali yang mengumandangkan azan (pada zaman Rasulullah).
Saat berazan seorang muazin hanya sendirian. Namun, ada tradisi unik di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, di Kawasan Keraton Kasepuhan, Cirebon, saat salat Jumat berjamaah muazinnya berjumlah 7 orang sekaligus secara bersamaan. Yang dikenal dengan sebutan Azan Pitu.
Azan Pitu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H