Lihat ke Halaman Asli

Sugiyanto Hadi Prayitno

TERVERIFIKASI

Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Bantuan Seorang Balita untuk Neneknya

Diperbarui: 6 Februari 2020   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang balita dan neneknya | Depositphotos

Ketika sedang mencari-cari bahan untuk menulis tiba-tiba lewat di jalan kecil depan jendela rumah seorang balita dengan Neneknya. Penulis memperhatikan hal itu sambil berpikir beberapa hal sebelum menulis.

Nenek membawa dua bungkus kerupuk, sedangkan cucu yang berumur sekitar empat tahun berjalan di depan. Bukan nenek yang menuntun cucu, sebaliknya cucu yang menuntun nenek.

Ya, maklumlah. Si nenek sudah buta.  Pada beberapa tahun terakhir karena penyakit diabetesnya, si nenek terserang kebutaan. Untuk jarak dekat ia terlihat merambat dengan berpegangan sisi tembok pada jalan-jalan kecil yang dilaluinya. Tetapi untuk jarak yang lebih jauh, untuk ke warung atau ke mata air misalnya, ia minta bantuan seorang cucu untuk menuntunnya.

*

Untuk melihat mesranya hubungan antara seorang balita dengan neneknya tidak mudah. Harus ada keharmonisan dalam rumah tangga orangtua si cucu, juga keharmonisan dengan keluarga nenek dan kakek.

Anak dan cucu sering menjadi rebutan dua pihak yang merasa berhak, yaitu ayah dan bunda, yang karena satu dan lain hal terjadi pertengkaran. Maka nenek dan kakek pun tidak selalu memiliki kegembiraan bercanda-ria dengan cucu, apalagi mengharapkannya membantu. 

Dari peristiwa di atas ada dua hal menarik dapat disimak. Pertama, mengenai peran cucu meski masih balita dalam membantu kesulitan neneknya. Kedua, mengenai diabetes atau yang sering disebut sebagai penyakit gula yang berakibat pada berbagai kondisi memburuknya kesehatan, termasuk kebutaan.

*

Dilansir dari data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, laju pertumbuhan penduduk  Indonesia tergolong tinggi. Akhir 2018 lalu, Indonesia berada di posisi 1,39%. Artinya, tiap tahun ada 4,2 juta sampai 4,8 juta bayi baru lahir di Indonesia. Tahun 2019,

Kondisi ini jauh berbeda dengan di Jepang.  Jumlah kelahiran bayi tahun 2019 di sana hanya 900 ribu. Angka ini sangat rendah, bahkan terendah sejak tahun 1975.

Krisis yang terjadi di Jepang adalah satu krisis mengerikan yang disebut 'hilangnya populasi manusia'. Seiring dengan rendahnya angka kelahiran, ternyata angka kematian pun tidak menurun. Itu sebabnya populasi natural penduduk Jepang menurun, menjadi 512 ribu saja. Sumber 1

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline