Lihat ke Halaman Asli

Sugiyanto Hadi Prayitno

TERVERIFIKASI

Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Puisi | Biar Kutunggu di Tepi Hari

Diperbarui: 21 Oktober 2018   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: jenthetracy.com

Pada permukaan batu-batu kubaca
tanda cuaca yang tak henti
menangisi dendam.  Jejak tergurat
pada langkah tak kenal patah

merawat hati manakala siang luka.

Pada hutan hangus padang kelabu
menunggu hujan mengirim rintik
sedang debu terus melimpahi sekujur.
Aku debu, dan engkau titik hujan itu

biarlah basuh hati ini, geram meleleh.

Sungai berbatu-batu, longsor dari bukit
air menyusut menyisakan aliran kecil.
Kita melangkah diantaranya, kaki basah
hati menelusup dalam sedu terdalam

biarlah kutunggu di tepi hari

Di tepi batu-batu purba yang tak terbaca
kemana arus bah mengirim gurat tangan
ke palung dalam dengan gulitanya
atau ke kepundan tinggi bertabur bara kembara.

 Cibaduyut, 21 Oktober 2018
(di tepi hari 61 kembara)
Gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline