Pada permukaan batu-batu kubaca
tanda cuaca yang tak henti
menangisi dendam. Jejak tergurat
pada langkah tak kenal patah
merawat hati manakala siang luka.
Pada hutan hangus padang kelabu
menunggu hujan mengirim rintik
sedang debu terus melimpahi sekujur.
Aku debu, dan engkau titik hujan itu
biarlah basuh hati ini, geram meleleh.
Sungai berbatu-batu, longsor dari bukit
air menyusut menyisakan aliran kecil.
Kita melangkah diantaranya, kaki basah
hati menelusup dalam sedu terdalam
biarlah kutunggu di tepi hari
Di tepi batu-batu purba yang tak terbaca
kemana arus bah mengirim gurat tangan
ke palung dalam dengan gulitanya
atau ke kepundan tinggi bertabur bara kembara.
Cibaduyut, 21 Oktober 2018
(di tepi hari 61 kembara)
Gambar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H