Selama dua hari pada awal September 2018 lalu, tepatnya tanggal 4 dan 6, Widyarka Ryananta mengikuti bedah buku yang ditulisnya di dua tempat berbeda, yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Buku berjudul "Jejak Orang Jawa di New Caladonia" diterbitkan pada awal tahun 2017 bersamaan dengan berakhirnya masa tugas (purnabakti) Widyarka sebagai Konsul Jenderal Noumea di New Caledonia.
Dua kegiatan tersebut terselenggara berkat kerjasama kedua perguruan tinggi itu dengan Sekretariat Jenderal Asia Pasfik, Kementerian Luar Negeri RI. Untuk materi yang sama pada awal April 2018 lalu Widyarka Ryananta menjadi dosen tamu pada Program Magister Pendidikan Sejarah, Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), di Jakarta
Orang Jawa dan Traumatis Kolektif
Meski sudah banyak diulas, diresensi, dan dijadikan bahan wawancara oleh media cetak-elektronik maupun online dengan penulisnya, keberadaan orang Jawa di New Caledonia dengan latar belakang sejarah yang menyertainya tetap menarik sebagai bahan bahasan maupun kajian. Kali ini kalangan akademisi, mahasiswa dan dosen, khususnya untuk studi Hubungan Internasional.
Widyarka Ryananta, sebagai penulis buku, berkesempatan berbagi ilmu dan pengalaman sebagai diplomat maupunpenulis buku dengan berkeliling ke beberapa universitas, khususnya yang memiliki program studi Hubungan Internasional, baik di Jakarta, Surakarta, maupun Yogyakarta.
Dalam paparannya Widyarka menyebutkan bahwa proses migrasi orang Jawa ke pulau terpencil di sisi timur Benua Australia itu dimulai sejak masa penjajahan Belanda, yaitu pada tahun 1896. Tidak mudah mengorek kisah sejarah mereka.
Widyarka menjelaskan, selama ini mereka (generasi terdahulu yang masih hidup, mapun anak-cucu mereka) memilih berdiam diri dan terkesan menyembunyikan rapat-rapat masa lalu mereka, dan tanpa disadari menjadi traumatis kolektif. Sebab bagi mereka peristiwa silam dianggap sebagai sisi gelap sejarah buruh migran (koeli kontrak) di sana.
Mereka dieksploitasi justru karena sifat dan perangai yang halus, pekerja keras, dan tidak gampang mengeluh. Orang Jawa dikenal sebagai pekerja yang ulet, rajin, patuh dan nrimo serta sanggup hidup di bawah aturan dan tekanan disiplin yang ketat.
Berpuluh-puluh tahun kemudian, setelah menyelesaikan masa kontrak, beberapa kelompok pekerja dan keluarga mereka memutuskan untuk kembali ke Pulau Jawa. Banyak anak Niaouli bersama orang tua mereka ikut pulang ke Hindia Belanda (Indonesia). Sejak 8 Juli 1902 sampai dengan 9 Juli 1955, terdapat 183 rombongan pekerja kontrak yang kembali. Mereka terdiri dari 15.873 orang dewasa dan 3.321 anak-anak yang lahir di New Caledonia.
Sedangkan orang-orang yang memutuskan menetap di New Caledonia, menjadi cikal-bakal komunitas keturunan Jawa/Indonesia di wilayah Prancis di Pasifik Selatan saat ini. Melalui proses integrasi dan akulturasi yang berlangsung seratus tahun lebih, masyarakat keturunan Jawa kini menjadi bagian dari identitas masa depan New Caledonia.
Pada awal tahun 80-an warga keturunan Kanak (penduduk asli) melakukan pembangkangan dan berujung kerusuhan di New Caledonia. Dampaknya kurang menguntungkan bagi komunitas pendatang, termasuk orang "Niaouli" (keturunan orang Jawa yang lahir di New Caledonia).