Lihat ke Halaman Asli

Sugiyanto Hadi Prayitno

TERVERIFIKASI

Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Puisi | Jemari, Menunggu, dan Kalah

Diperbarui: 29 Juni 2018   00:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

waiting for dad (pinterest.com)

Jemari bertinta
coblos hidung orang, pilih
tak yakin ia pilihan
dan kalah. Banyak orang lain
punya pilihan berbeda.
"Katakan sesuatu
mengenai lelah dalam coretan
tinta hitam pada kertas putih."

Jemari bercincin
menikah sudah, pilihan
dengan begitu yakin
setelah orang lain
tak memilih. Mereka pasti
punya pilihan yang lain.
"Rasakan di kulit
angin bertiup lirih
serupa bisik pada dalih."

Jemari gemetar
umur menua, keriput
tak ada pilihan
kecuali menunggu surut
panjang antrian
untuk rebah, pada suratan.
"Sebanyak cerita
yang tergambar, sabar
sekali waktu benar."

Bertinta kita bercinta
bercincin kita bermain
bergetar kita entah kelak
terkapar. Menunggu retak
sepanjang umur
untuk tidak gampang tersungkur.
"Ini antara teman saja
saling jujur untuk menyapa
sehatkah kita sebenarnya?"

Manado, 29 Juni 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline