1/
dengarkan kisahku ini, suatu pagi
raja korupsi dibekuk, digerus jeruji
yang paling mega terungkap
pelakunya para kakap, mereka serapi sholat
berjamaah: tertib, khusuk, tuma’ninah
lihatlah kekacauan itu, tandai kerakusan itu
bila terbukti, mereka pantas digantung di alun-alun
bahkan dipanggang dengan bara batok kelapa
di negeri para kecoak, kekacauan kian marak
saling tuding dewan dengan pemerintah
siapa menelikung siapa, kemaruk berebut jatah
2/
lalu urusan proyek kacau, urusan apapun semrawut
lalu warga blingsatan, ironi merebak riuh
para kecoak cari tempat sembunyi, di balik bumi
awalnya politik punya gawe, punya ulah
bermanis mulut dan wajah di depan konstituen
sok demokratis seraya rapat menyimpan ambisi
politisi tak malu menunggangi agama, atas nama
di pagar, teras, mimbar masjid, serasa sholat wajib
khotib sibuk jual retorika, jamaah amin saja
3/
para maling itu tersenyum membela diri
kakap dan kecoak menyatu dalam dada mereka
hingga hukum pancung mestinya ada
dan kelak mega korupsi satu- satu tersingkap
dalang di belakang pun mulai buka topeng
para mafia pajak, hukum, izin, bea-cukai dibuang
mereka mesti dipaksa bekerja membuat jalan
bersihkan got dan sisa banjir, kakus umum
dibuang jauh, diarak keliling desa dan kota.
Sekemirung, 19 Maret – 17 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H