Lihat ke Halaman Asli

Sugiyanto Hadi Prayitno

TERVERIFIKASI

Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Puisi - Merayakan Nafas, Syukur, dan Usia

Diperbarui: 25 Oktober 2016   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

asap mengepul menjadi bulatan putih

Nafas

keluar-masuk udara lewat rongga hidung ke paru
 20 kali per menit, oksigen - nitrogen, sepanjang hari
 udara gratis, juga hidung dan paru
 kemudian, suatu hari, nafas tersengal dan henti

hidup tak hanya nafas, tapi tanpa bernafas
 tiada ada hidup, begitu pun banyak hal lain
 namun kesadaran seolah pingsan sepanjang hayat
 tak mampu mengerti hari yang dilipat

seluruh hari dalam hidupku – hidupmu
 niscaya cuma tiga, kemarin – hari ini – esok
 yang lalu tinggal kenangan dan kearifan, jika didapat
 hari ini perjuangan, namun esok belum pasti

 esok hanya milik mereka yang berserah
yang belum tentu datang, esok sebatas harap
 memaknai hari ini seraya menghitung nafas
 menderas dzikir, menjalani takdir

bila dada menyesak, nafas tercerabut lemas
 apa yang mesti kusangkal kemahaanMu, ya Rob!

Syukur

silau mata, silam
negeri tetangga lebih gemerlap
nganga dan kagum
tertelikung gagap

kadang sampai lupa  
syukur, lalai lara
mengaduh betapakah
hilang gairah

syukur ini terbebat sadar
berserah cepat
sujud selami sesal
bila akhir masih meletupkan harap!

Usia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline