1/
Mari, Kekasih, merapatlah biar cepat kuiriskan
sekeping purnama dalam kenangan
agar tidak lagi gundah hatimu
khusuk menunggu dengan ratap dan kelu
Engkau lihatkah, semua peristiwa lama
juga malam ini, bulan bersegi lima
entah kenapa, serupa hatiku yang nista
barangkali samar mataku menampaknya
2/
Mari, Kekasih, ulurkan senyummu pada bayang
rembulan serupa puisi, kesetiaan yang bimbang
mata bening mengawasi, senyum, pun kusam
perlukah lagi air mata, gerimis lelah membasuh
Pada ribuan malam, kuberjalan ke selatan
menyeberangi gulita, langkah risih melayang
wangi kembang kenanga, yang menakutkan
di bawah belenggu, purnama tak berkedip
3/
Mari, Kekasih, kulagukan bulan bulat yang tinggi
di langit sana, sendiri jauh dari jejak prasangka
purnama sepenuh rindu malam ini, mari lihatlah
bundaran merah yang menuntunku tegar berkaca
Kecantikan ada padamu kukira, juga teka-teki
namun siapa bersiteguh merengkuhmu dalam hati
ragam kisah tersangkut kabut, terpasung pasang-surut
selalu purnama pada September, luka tak berbalut!
Bandung, Sept. 2015 –Sept. 2016