Tidak banyak keturunan Jawa di New Caledonia yang mengetahui jejak leluhur yaitu kakek-nenek mereka, atau bahkan orang tua mereka, adalah orang Kontrak.
“Kurangnya komunikasi dengan keluarga akibat kesengsaraan pada masa lalu membuat para sesepuh enggan untuk menceritakan sejarah hidupnya. Mungkin mereka (para sesepuh) ingin mengubur kenangan pahit yang pernah mereka lalui.”
Hal itu dikemukakan sejarawan muda keturunan Indonesia Catherine Adi pada peringatan Hari Arsip Internasional, Kamis (9-6-2016), di Noumea.
Peringatan, Partisipasi
Peringatan Hari Arsip Internasional di Noumea - New Caledonia itu diisi dengan sebuah pameran bertajuk “1896 : Arrivée du 1er convoy des travailleurs Indonésiens en Nouvelle- Calédonie (Kedatangan konvoi pertama pekerja Indonesia di Kaledonia Baru)”. Pameran ini merupakan bagian dari perayaan 120 tahun kedatangan masyarakat Jawa pertama kali ke New Caledonia.
Pameran terselenggara berkat kontribusi Catherine Adi. Sejarawan muda keturunan Indonesia itu menyatakan: tujuan utama penyelenggaraan pameran ini adalah untuk membantu keturunan Indonesia di New Caledonia lebih mengenal leluhurnya.
Sebelumnya Catherine Adi telah menulis buku berjudul “Orang Kontrak, les engages de Java sous contrat en Nouvelle-Caledonie de 1896 a 1955 (Orang Kontrak. Orang Jawa yang terlibat kontrak dengan New Caledonia dari tahun 1896 sampai 1955) ”,
Inggrid Waneux, Kepala Arsip New Caledonia menyatakan Lembaga Arsip New Caledonia sangat senang dapat berpartisipasi untuk memperkenalkan sejarah kedatangan orang Indonesia ke New Caledonia. Kesan-kesan yang dimilikinya: “Orang Indonesia cenderung pendiam, padahal mereka memiliki kontribusi besar dalam pembangunan New Caledonia.”
Siratoen, Soearti
Seorang pengunjung pameran Sriatoen Wantan sangat antusias mencari catatan dan arsip milik orang tuanya. Ia beruntung dokumen yang dicaikut ri ternyata dipamerkan pada salah satu ruang Gedung Arsip New Caledonia. Dokumen dan foto kedua orang tuanya saat pertama kali datang ke New Caledonia berhasil menarik kembali kenangan masa kecilnya.
Nenek sepuluh cucu dan satu cicit itu ketika dibawa oleh kedua orang tuanya ke New Caledonia masih berusia satu tahun. Ayahnya Soekatmo dan ibunya Ngadinah, merupakan penumpang kapal terakhir ‘Yang Tze’ tahun 1949 dari Batavia ke Noumea. Mereka bertekad untuk mencari penghidupan yang lebih baik di tanah seberang. Ayahnya sempat bekerja di perkebunan kopi dan buruh tambang di Provinsi Utara.