[caption caption="Abstract Watercolor"][/caption]1/
Di ujung batas nanti, biarkan aku sendiri saja menanggalkan langkah dan gumam, meninggalkan segenap atribut yang melekat di tubuh, lalu mengendap melewati garis pemisah untuk memburu waktu yang berbeda, rasa yang berubah
Mungkin saja ruang terus mengikuti seperti bayang, bisa saja riang telah mengemas semua kenang yang layak disemai, meski tak pasti kapan buah-buah ranum dapat dituai, tiap detik dalam genggaman menuju puncak waktu
2/
Tiga ratus enam puluh lima hari akan segera usai sejak kembang api terakhir menerangi langit tengah malam, lalu tiap kota seperti ruang dansa yang dipenuhi sorot lampu warna-warni, lampu cantik yang memekik-mekik nyaring di udara, bahkan cahaya yang menyengat setiap mata warga kota
Pada saat itu segenap penjuru pun mendadak bising oleh raung klakson, juga terompet, rangkul dan peluk-cium kegembiraan pesta, bahkan letup petasan susul-menyusul, serupa halilitar bersambungan merobek bibir langit seraya coba mencuri rahasia kehidupan yang tetap saja menjadi misteri hingga akhir zaman
3/
Dan masa tinggal sisa untuk langkah terakhir, dengan tubuh polos dan pikiran bening untuk mampu lolos dari penjara moralitas, menepis lubang neraka yang begitu getas. Mestinya aku mampu berlalu tanpa tersandung waktu, tanpa terkulai pada kekelaman nestapa yang tak terjangkau indera
Begitu gawat ternyata pergantian waktu, dan tahun demi tahun tak ada yang kembali, semua beranjak bagai melesat diantara rumpun peristiwa kalah hingga rimbun perilaku pongah. Kupungut setiap remah waktu, tiap butir ruang, lalu kulekatkan di tubuh dekil ini untuk sanggup menyeberang, entah bila terhanyut jatuh hingga ke muara
Bandung, 28 Desember 2015
Sumber gambar: http://www.dailypainters.com/paintings/240920/abstract-watercolor-212142/ledent-pol