Lihat ke Halaman Asli

Sugiyanto Hadi Prayitno

TERVERIFIKASI

Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Transaksi pada STNK yang Hilang

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi tadi telepon rumah berdering. Dari ujung sana seseorang bertanya nama saya dan soal dompet yang ditemukannya.

“Isinya dua STNK motor, KTP, dan dua SIM. Apa betul punya bapak?” saya tidak bisa menjawab seketika, karena itu  dompet itu pasti punya anak bungsu saya. Kami bergantian menggunakan motor, namun empat hari terakhir saya ke luar kota dan baru tadi  malam pulang ke Bandung. Dalam pikiran sekelebat saya harus waspada jangan-jangan ini  modus penipuan.

Telepon terputus entah kenapa. Bergegas saya berteriak memanggil anak di lantai dua, untuk memanstikan dompetnya hilang. Ternyata benar. Dompet terjatuh saat pulang dari kampus.

Persoalannya kenapa sambungan telepon tiba-tiba putus. Saya tidak bisa menelepon balik. Jadi dengan harap-harap cemas saya menunggu, mungkin saya si penemu kahabisan pulsa dan akan menelepon lagi setelah mengisi pulsa.

Tiba puluh menit kemudian, saat saya sedang di kamar mandi, anak bungsu saya menerima tamu di depan pagar. Saat keluar dari kamar mandi anak bungsu itu minta menunjukkan dompet yang hilag sudah ditangannya.

“Ini, pak, dompetnya dikembalikan. Isinya lengkap kecuali duit, ada dua puluh atau tiga puluh ribu rupiah. Bir saja, yang penting isi dompet kembali. . . . .!”

“Alhamdulillah kembali. Coba kalau harus mengurus kehilangan ke kantor Polisi, lalu bikin STNK duplikat ke Biro Jasa, berapa biayanya?” komentar saya.

Saya keluar rumah menemui Mas Reza, si penemu, yang mengaku tinggal di Dago. Ia bercerita tadi malam menemukannya tidak jauh dari tempat tinggalnya. Untuk ada kartu nama terselip diantara STNK, dengan tulisan tangan saya di sebaliknya jelas: Yang terhormat penemu STNK ini. Kami minta tolong untk mengembalikan ke alamat kami (tertulis alamat lengkap dengan nomor telepon). Kami akan mengganti jerih payah Anda Rp. 100.000,- Hormat saya: Pak Sugi.

“Terimakasih, Mas Reza.. . . .!” ucap saya sekali  lagi. Anak bungsu saya mengulurkan uang Rp. 120.000,- Perincian seratus ribu untuk jasa memukan, dan dua puluh ribu rupiah untuk jasa mengantar ke rumah.

Itulah transaksi yang saya lakukan pagi, dari tulisan saya pada bulan Maret 2013  itu.

*****

Hilang STNK menjadi fenomena menarik. STNK yang ditaruh di dalam dompet dapat hilang bersama dengan isi lain: SIM, KTP, kartu kredit, katrtu atm, dan tentu saja uang.

Dompet hilang dapat dengan berbagai cara, Lupa, tergesa-gesa, sembrono, dan tidak waspada menjadi penyebabnya.

Pernah sekali waktu setelah membayar uang bensin di SPBU dengan asal-asalan saya masukkan dompet ke saku celana belakang. Ternyata ujung kaos yang saya pakai ikut terdorong dompet masuk saku. Saat kaos terarik-tarik karena pergeraka badan, dompet sedikit demi sedikit keluar, lalu jatuh dan raib. STNK motor bebek Kharisma saya, bersama isi dompet melayang, dan tidak kembali. Saya harus bersusah payah membuat duplikat.

Jauh hari sebelumnya, STNK Honda GL letakkan di dalam dompet kecil khusus, lalu saya gabungkan dengan kunci motor. Saat berjalan kunci itu karena longgar melompat jatuh. Tentu saja STNK atas nama orang lain itu ikut hilang. Bikin duplikat lagi, lama dan mahal.

Dengan pengalaman itu maka saya memutuskan membuat transaksi sebelum peristiwa kehilangan betul-betul terjadi. Dan halnya sudah terbukti.

Beruntung si penemu orang baik. Ia tidak menghitung per surat yang terdapat di dalam dompet. Kalau saja ia nakal bisa saja membuat tawar-menawar: satu STNK seratus ribu rupiah. Ini ada dua STNK. Belum lagi KTP dan dua SIM (A dan C).

Hemat saya besar-kecilnya kota tempat kita tinggal akan mempengaruhi nilai transaksi yang  harus kita tulis di kartu nama kita itu. Pelajaran yang saya petik pagi ini: 1. Berhati-hatilah dengan penyebab kehilangan. 2. Kalau betul hilang mudah-mudahan diemukan orang jujur. 3. Buatlah transaksi yang transparan di situ.

Mudah-mudahan tulisan ringan ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline