Lihat ke Halaman Asli

Sugiyanto Hadi Prayitno

TERVERIFIKASI

Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Awas Mogok Massal, Solidaritas Pengguna Jalan

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14163307651526077297

Dampak pengalihan subsidi bbm, Rabu besok semua angkutan umum dibawah Organda akan mogok, tidak beroperasi, alias parkir atau ngetem saja di garasi masing-masing. Akibat aksi ini dikhawatirkan penumpang terlantar. Jutaan penumpang akan terhambat untuk sampai ke tempat kerja, tempat usaha, sekolah/kampus, dan ke berbagai tempat kegiatan lain yang memerlukan sarana transportasi umum.

Soal alasan mogok Organda salah satunya menuntut agar angkutan umum mendapatkan harga bensin premium dan solar tidak dinaikkan. Alasan lain pasti ada, diantaranya merasa tidak diajak berkoodinasi. Jadi merasa disepelekan, tidak dianggap, dan ada perasaan sakit hati mungkin.

Persoalan rumit bin pelik itu biarlah pakar transportasi yang mengupas. Saya hanya ingin membuat tulisan sederhana perihal untung/rugi dan  solidaritas pengguna jalan.

Untung, Rugi
Paling gampang mengatakan rugi, rugi dan rugi, dengan adanya pengalihan subsidi bbm. Biarpun dijelaskan panjang kali lebar soal kebangkrutan Negara bersebab beban subsidi bbm, tidak banyak yang mengerti, tidak peduli, dan selebihnya curiga. Itulah sebabnya menjadi anekdot ihwal SBY yang tampil mantap kala mengumumkan penurunan harga bbm, tapi ‘bersembunyi’ kala pengumuman kenaikan harga bbm dan menyerahkan tugas tidak popular itu kepada menterinya.

Soal rugi keluhannya dapat kita peroleh dari siapa saja. BBM naik tinggi, susu tak terbeli. Itu lirik lagu Iwan Fals. Rugi juga disebabkan banyak pedagang memanfaatkan momentum tersebut untuk menaikkan harga lebih tinggi dari yang seharusnya.

Komentar menyayangkan kenaikan bbm yang dinilai tidak tepat waktunya, juga sangat banyak. Dan aneka demo mahasiswa makin marak, makin rusuh dan brutal. Para politikus segera merancang keuntungan apa yang dapat dipetik partainya dengan kondisi runyam ini. Para konglomerat tak kalah gesit memutar asetnya agar lebih kencang sebagai pohon uang yang beranak-pinak dan lebih sering-banyak bunga/buahnya.

Kalau mau agak jernih berpikir tentu masih ada pula yang menyatakan ada keuntungan dengan pengalihan subsidi bbm. Mungkin orang berpikir jalan raya akan sedikit lengang karena orang berhitung bila harus menggunakan motor/mobil. Penjualan alat transportasi itu mungkin sedikit terkurangi, karena pasti harganya akan segera naik. Sehingga penggunaan bbm dalam perjalanan menjadi relatif lebih sedikit, karena jalanan macet berkurang.

Keuntungan lain yang labih luas, semua akan berhemat. Terlebih dengan banyaknya ketentuan Pemerintah yang bertujuan untuk mengoptimalkan efisiensi anggaran Negara. Pegawai makin sulit bergerak dalam hal penerimaan selain gaji. Swasta makin sulit melakukan kongkalikong dengan bagian pengadaan, pemegang proyek, maupun pejabat korup.

Keuntungan lain angkutan massal bakal makin diperhitungkan, dan dipercept realisasinya, karena ongkosnya relatif lebih murah dibandingkan menggunakan kendaraan sendiri. Pola pemikiran yang berubah ini sangat diperlukan sebelum moda transportasi massal, apapun namanya, harus dihadirkan dengan nilai investasi yang sangat mahal.

Solidaritas Pengguna Jalan
Kembali ke soal mogok anggkutan umum dibawah Organda, tentu harus dicari jalan keluarnya. Semua yang berkepentingan untuk melakukan perjalanan dengan angkutan umum pasti berpikir keras bagaimana cara memecahkan persoalan mogok angkutan umum Rabu besok.

Menggunakan alat transportasi yang kebutuhan bbm-nya lebih sedikit sedikit tentu menjadi pilihan utama. Kalau semula menggunakan mobil dengan kapasitas mobil tinggi, kini beralih pada yang lebih rendah. Bila mungkin berganti ke motor. Begitu pula yang biasa menggunakan motor dapat berganti ke sepeda. Mengubah kebiasaan tentu bukan hal gampang, namun pilihan dan prioritas tertentu pasti menjadi pertimbangan terbaik.

Hal lain yang dapat dilakukan oleh pengguna mobil jenis minibus, yaitu memanfaatkan situasi dengan menjadi omprengan liar. Tidak ada yang bakal melarang. Mungkin bahkan dianjurkan. Tentu untuk mereka yang satu tujuan. Hasil ngompreng bisa menambah uang bensin.

Kondisi ini pasti juga dimanfaatkan oleh tukang ojeg untuk meraup keuntungan yang berlipat dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Kalau selama ini selalu bertikai dengan sopir angkot atau bus kota, kini saatnya bebas merdeka.

Begitupun tentu saja bus-bus dan truk-truk TNI dan Polri sudah bersiap mengantisipasi kondisi darurat itu. Kurang nyaman, tidak aman, sulit dan kondisi lain yang tidak mengenakkan sewajarnya terjadi. Kalau kita optimistis, mudah-mudahan keadaan ini merupakan sebuah proses yang memang harus dilalui untuk pembenahan menyeluruh dunia transportasi maupun pengelolaan bahan bakar minyak yang begitu lama amburadul di negeri ini.

Harapan, Hambatan-Kendala
Demo, mogok, dan tindakan lain entah untuk menggugat dan mempertanyakan kebijakan Pemerintahan Jokowi-JK, akan terus berlangsung pada hari-hari, bahkan minggu-minggu ini. Dan itu sah-sah saja asal idak rusuh dan anarkis. Baru sebulan memerintah baru sudah berani menaikkan harga bbm. Padahal pemerintah sebelumnya terus mencari-cari waktu yang tepat, sampai ternyata kemudian tidak punya waktu lagi. Licik, cerdik, picik, atau pengecut itu? Tidak semua, itu murni soal politik! Entahlah.

Waktu yang tepat? Jangan-jangan ada hambatan-kendala dam persoalan rahasia tertentu dibalik kebijakan pemerintahan itu. Tugas Jokowi-JK untuk membukanya, kemudian secepatnya diubah, diperbaiki, atau bahkan dirombak dan dihapus untuk digantikan kebijakan yang baru, yang transparan dan tanpa korupsi-kolusi dan nepotisme di dalamnya. Semoga!

---------

Sumber gambar    merdeka.com

----------

Sumber :

http://www.merdeka.com/peristiwa/protes-bbm-baik-50-ribu-angkot-di-bandung-besok-mogok-massal.html




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline