Kegiatan belajar mengajar semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023 sudah dimulai beberapa bulan yang lalu. Untuk tahun ini adalah kembalinya model pembelajaran klasikal secara luring (tatap muka) setelah kurang lebih dua tahun atau empat bahkan ada yang lima semester satuan pendidikan melakukan pembelajaran secara daring (dalam jaringan) sebagai dampak dari penyebaran wabah virus Covid-19..
Kembalinya diberlakukan sistem pembelajaran tatap muka dalam dunia pendidikan, tentu patut untuk disyukuri karena sistem pembelajaran secara daring selama ini tidak bisa sepenuhnya menggantikan sistem pembelajaran tatap muka. Tidak sedikit ada pihak yang menyatakan bahwa generasi pada tahun tersebut adalah "Generasi Corona" sebagai dampak dari sistem pembelajaran secara online akibat pandemi covid-19.
Pembelajaran tatap muka yang mulai diberlakukan pada awal tahun ajaran ini disambut dengan suka cita oleh para peserta didik yang sudah lama tidak pernah merasakan pembelajaran tatap muka.
Peserta didik merasa senang karena bisa belajar secara langsung dan ketemu dengan guru sehingga ada kesempatan untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti. Berbeda ketika peserta didik mengikuti pembelajaran secara daring (online), kesempatan untuk bisa bertanya secara langsung tentang materi pelajaran lebih kecil. Selain itu peserta didik juga merasa senang karena dapat bertemu kembali dengan teman-temannya.
Mulai diberlakukannya pembelajaran tatap muka ini tidak serta merta ditandai dengan kesiapan dari para peserta didik itu sendiri dalam hal ini adalah kesiapan dalam proses belajarnya. Hal ini dapat diketahui dari tingkat pemahaman dalam menerima materi pelajaran cukup rendah.
Kondisi ini dikarenakan ketika mengikuti proses pembelajaran secara daring, seringkali peserta didik kurang mendapatkan perhatian dari orang tua. Bahkan ada yang tidak peduli terhadap anak-anaknya. Orang tua menganggap bahwa anak-anaknya dalam mengikuti pembelajaran tidak mengalami hambatan.
Rendahnya tingkat pemahaman dalam menerima sebuah materi pelajaran salah satunya dikarenakan faktor internal yaitu dari peserta didik itu sendiri. Peserta didik tidak memiliki minat literasi yang baik. Berliterasi tidak sekedar membaca sebuah buku materi pelajaran tetapi juga bisa melalui tayangan video-video pembelajaran yang sekarang ini dengan mudah bisa dinikmati melalui internet.
Semestinya dengan adanya perkembangan teknologi sekarang, peserta didik dimudahkan dalam banyak hal salah satunya dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan baik mengenai materi pelajaran atau pengetahuan lainnya.
Namun, yang kita lihat saat ini adalah banyak anak yang menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi khususnya handphone untuk kegiatan yang menurut mereka lebih menarik misalnya bermedia sosial, bermain game online dan lain-lain. Pada kondisi ini peran orang tua di rumah dan guru di sekolah sangat diperlukan.
Salah satu peran yang bisa dilakukan oleh orang tua di rumah adalah memberikan perhatian dengan cara memantau perkembangan belajar anak, mengawasi penggunaan handphone, berkomunikasi secara lebih inten, membangun hubungan yang terkait dengan kesulitan-kesulitan yang dialami anak.
Pengawasan penggunaan handphone pada anak perlu dilakukan oleh orang tua meskipun tidak setiap saat atau dapat dilakukan secara berkala, mengarahkan kepada anak untuk bisa memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk dikonsumsi.