Lihat ke Halaman Asli

Terlambat

Diperbarui: 6 Agustus 2021   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi Sugiyanta Pancasari

terlambat
jika kita ingin bertanya pada rumput-rumput
tanah lapang sudah telanjur jadi tempat berperang, dan akar rumput pun rusak terinjak

sia-sia,
jika kepada daun-daun kita bertanya
pohon-pohon kini terbakar menyisakan jelaga dan jejak tak terbaca

kecewa,
dan sakit hati tentunya jika kau masih berharap pada tuan-tuan untuk angkat bicara
kita sedang mengumpulkan amarah demi amarah tapi jangan berharap meledakkannya adalah jawaban sempurna
jika teriak menjadi satu-satunya yang kau bisa,
barangkali akan sedikit lega menghimpun segalanya menjadi tabungan di hari tua

memang tak akan ada bedanya, mati muda atau mati tua
di negeri ini usia tak dihitung seberapa manfaat atau tidaknya

kita tengah beramai-ramai menyisihkan yang sedikit tersisa dari jejak yang terbiasa kita lupa

benar salah, sejarah sering salah kaprah menyimpulkan penuh curiga

kemudian sayup kudengar: kita di mana, kita di mana, sedangkan kesia-siaan berbaris memenuhi jalan-jalan raya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline