Lihat ke Halaman Asli

Menambah Skill Menulis di Bulan Ramadhan

Diperbarui: 15 April 2021   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: dokumen pribadi

Menambah Skill Menulis di Bulan Ramadhan

Sugiyanta Pancasari

Bagi umat Islam, kerinduan terdalam  adalah menunggu datangnya bulan Ramadhan. Dan alangkah beruntungnya jika bisa benar-benar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan, bulan seribu bulan, bulan penuh ampunan, tempat umat muslim berharap mendulang pahala melalui ibadah puasa, dan ibadah-ibadah lain yang kesemuanya dilipatgandakan pahalanya.

Bahkan tidur pun, jika itu dilakukan demi untuk menghindari kemudharatan, bisa digolongkan sebagai ibadah. Namun tentu itu bukan pilihan yang bijak saat Allah SWT memberlakukan "sale" gedhe-gedhean, dan sungguh sayang bila kesempatan ini kita lewatkan begitu saja.

Sebagaimana hukum perintah berpuasa, wajib bagi umat Islam agar kamu bertaqwa. (QS. Al-baqarag:183), maka bisa diterjemahkan, jika setelah selesai puasa tetapi tidak ada peningkatan (dari sisi kualitas keimanan, ketaqwaan, dan kepribadian) kita termasuk orang-orang yang merugi, yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga dalam berpuasa.

Nah, Ramadhan kali ini sungguh teristimewa, saat pandemi belum usai hingga momentum untuk mengaplikasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, atau meningkatkan ketrampilan lain makin terbuka lebar, dikarenakan sebagian besar aktivitas kita berlangsung di dalam rumah dan lingkungan sekitar.

Kita memang selalu berharap, bahwa pasca Ramadhan, kita akan menjadi pribadi yang makin bertaqwa. Jika diartikan dengan sudut pandang kehidupan sehari-hari, berarti akan meningkat pula ketrampilan (skill) kita dibidang yang lain.

Saya pribadi telah berketetapan hati untuk menantang diri sendiri di bidang menulis, sebagaimana telah saya putuskan untuk lebih cepat mengeksekusi ide/gagasan ke dalam tulisan, kebetulan tempat tinggal saya tidak jauh dari mushalla, sehingga setelah selesai salat tarawih berjamaah, saya agendakan khusyuk menulis.

Tidak penting berapa kata dapat saya selesaikan, tidak soal baik atau jelek tulisan yang saya hasilkan. Dalam hal ini saya selalu ingat dan catat petuah dari penulis Dee Lestari:  "tulisan jelek bisa diperbaiki, tapi halaman kosong tak bisa diapa-apain."

Benar bukan? Juga tidak ada kiat menulis paling "cespleng" kecuali, ambil pena segera tulis, buka lap top dan segera mengetik. Seberapa susahnya? Bila kita menerapkan wajib hukumnya untuk menulis setiap harinya, maka selesaikan!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline