bait demi bait kata meluncur ramah di antara riuh sunyi,
menjentikkan percik hangat dan rindunya sepenuh hati
kita yang bersua dalam batas maya, bersanding kata, tanpa tangan dan mata,
terdiam mengeja
sudah ribuan rencana kita tuliskan di antara mimpi yang telanjur melapuk ditelan kantuk ditikam usia
dalam hati sedalam palung, suara batin kita bergaung, pintu dan jendela terbuka namun sepi yang bertumbuh,
selain hasrat kita yang tak terrengkuh,
dan,
pada dingin gigil kesendirian, cinta dan hati disatukan rekat ikat tangan sahabat yang terus terkait erat, meski entah, kapan semesta akan menyatukan kita punya hasrat.
semoga tak letih-letihnya tanganmu hangat mendekap perih rinduku yang tumbuh pesat dan jangan biarkan sulur-sulurnya merambat dalam jalan sesat.
Jogja, 8 Maret 2921
Puisi Sugiyanta Pancasari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H