Lihat ke Halaman Asli

Dan, Buku-buku pun Menjerit Pilu

Diperbarui: 26 Februari 2021   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi buku usang (Sumber: Freepik/Jannoon028)

hari-hari bagai menghitung
bait-bait murung
aku sudah terlupa,
berapa waktu kau tak berkunjung

berjajar bisu, berderet kaku
huruf-huruf mengeja rindu
kata-kata menyulam luka

"Aku cemburu pada gawai, yang tak pernah lepas dari genggam tanganmu, dan bergelayut manja dalam peluk hangatmu,
sedari bangun pagi hingga malam larut, bahkan sampai dini hari lagi.
Aku bindung bagaimana caranya bersolek, mempercantik diri, agar pembaca kembali menoleh kepadaku, menyusuri lembar-lembar dan halamanku, berkelana dan mengembara,
jauh hingga ke ujung dunia,"

sedangkan lembar-lembar dan seluruh halamanku kini telanjur berlumur debu.

tempat tinggalku merapuh, dalam kesunyian yang teramat jauh
jika cintamu tak merekatnya kembali, rak-rak kayu tempatku sabar menunggu, aku ragu, sejarah akan menutup masa depanku

seorang gadis kecil menangis sedih,
sendirian di sebuah perpustakaan, merasakan siksa dan kesunyian,
jerit pilu yang tengah mendera buku-buku,
yang hanya mampu menunggu dengan harap dan rindu.

Jogja, 20 Februari 2021
Puisi Sugiyanta Pancasari




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline