Lihat ke Halaman Asli

Prematur

Diperbarui: 18 April 2019   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kata prematur sering kita dengar dalam pembicaraan sehari-hari. Istilah ini lebih biasa digunakan dalam konteks kelahiran seorang bayi/janin yang belum masanya menurut perhitungan masa kehamilan seorang wanita. Bayi disebut lahir prematur, bila dia terlahir pada usia 7 bulan kelahiran, atau sebelum 28 minggu kehamilan seorang ibu. Hal itu dikarenakan pada umumnya, seorang ibu akan melahirkan setelah mengandung janin/bayi selama 9 bulan 10 hari  atau 37-38 minggu.

Namun istilah ini juga sering digunakan untuk menyatakan kondisi-kondisi dalam kehidupan bermasyarakat. Orang sering terlalu gembira dan bahkan merayakan suatu kemenangan yang belum sepenuhnya dalam genggaman. Dalam berbagai lomba sering terjadi, seorang peserta lomba sudah merayakan kemenangan sebelum lomba berakhir, namun kejadian berikutnya menyebabkan pelomba itu harus menyesali kekeliruannya. 

Ada serorang pebalap sepeda, yang begitu mendekati garis finish, 100 meter sebelum finish dia sudah merayakan kemenangan. namun kemalangan menimpa dirinya. Karena terlalu yakin dengan kemenangan, lupa diri, sehingga kontrol keseimbangannya lepas dan terjerembab jatuh beberapa meter sebelum garis finish. Sementara itu beberapa pebalap di belakangnya terus berpacu dan mendahului melintasi garis finish.

Ada pula kejadian pada final liga Champion Eropa antara AC Milan melawan Liverpool. Unggul 3 - 0 saat akhir babak pertama, nampaknya melambungkan kegembiraan yang terlalu awal. Ternyata pada babak kedua Liverpool mampu memanfaatkan kelengahan pemain AC Milan untuk menyamakan kedududkan 3 - 3 pada saat akhir babak kedua. Dan kejadian berikutnya, AC Milan harus menelan kekalahan dengan menunduk malu.

Atau, coba kita saksikan kejadian berikut. Pada saat adu tendangan penalti, penendang merasa gagal melaksanakan tugas karena tendangannya membentur mistar. Sementara itu penjaga gawang dengan jumawa merayakan kemenangan. Namun ternyata Allah berkehendak lain. 

Bola yang menerpa mistar gawang, memantul ke tengah kotak penalti, dan setelah memantul di tanah bergulir ke dalam gawang dan dinyatakan gool. Jia si penjaga gawang tidak jumawa, dan tetap konsentrasi kepada bola dan menangkap bola yang melayang jatuh, maka kemenangan ada di pihak penjaga gawang. namun yang terjadi adalah si penjaga gawang harus menahan malu, dan mungkin dimarahi seluruh anggota tim, dianggap sebagai biang kerok kekalahan.





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline