Lihat ke Halaman Asli

Kisah dari Negeri Antah Berantah

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_250734" align="alignright" width="300" caption="ke mana penghuninya?"][/caption]

Seorang penguasa membuat kebijakan, bahwa “UNTUK MENINGKATKAN KINERJA DAN DISIPLIN, SEMUA PEGAWAI HARUS BERTEMPAT TINGGAL DI DEKAT TEMPAT DIA BEKERJA”. Kebijakan ini diambil setelah melihat kenyataan bahwa kinerja pegawai di dawah kekuasaannya rendah, dan banyak pegawai yang bolos kerja. Itu dia buktikan ketika inspeksi mendadak di beberapa instansi, banyak sekali pegawai yang tidak/belum masuk kerja.

Membaca surat edaran dari penguasa tersebut, sontak para pegawai yang tempat tinggalnya tidak di dekat temat kerja bereaksi. Kebanyakan pegawai menganggap pejabat tersebut mulai sewenang-wenang dengan kekuasaannya. Namun ada juga yang menganggapnya wajar-wajar saja., sebab memang sebagian pegawai pernah membuat pernyataan “SIAP TINGGAL DI WILAYAH KABUPATEN ………..”, tempat dia bekerja.

Mereka yang menganggap si penguasa telah menggunakan kekuasaannya beralasa, bahwa meski dirinya datang dari kabupaten yang berbeda, namun selama menjalankan tugas tak ada hambatan. Mengenai keterlambatan masuk kerja atau ketidakhadiran di tempat kerja, dapat dibuktikan berdasarkan pengamatan langsung, ditanyakan kepada masyarakat yang mendapat pelayanannya (para murid, untuk kalangan guru), maupun berdasarkan daftar hadir. Apalagi kalau melihat kenyataan bahwa tidak semua pegawai yang datang terlambat/membolos adalah mereka yang rumahnya jauh dari tempat kerja atau datang dari lain kabupaten. Justru yang bisa dilihat, mayoritas mereka yang datang terlambat atau membolos adalah para pegawai yang rumahnya tidak terlalu jauh dengan tempat kerja. Dengan berbegai alas an, mereka yang rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat kerja, sering datang terlambat atau meninggalkan tempat kerja. Ada yang beralasan ada kepentingan masyarakat, ada undangan, atau kegiatan kampong lainnya.

Para pegawai yang datang dari jauh atau kabupaten berbeda menyarakan kepada si penguasa untuk terlebih dahulu melakukan penelitian yang cermat, diantara pegawai yang datang terlambat atau membolos kerja itu, berapa orang yang tempat tinggalnya tidak jauh dari tempat kerja, dan berapa banyak yang datang dari jauh atau berbeda kabupaten. Setelah datanya lengkap dan cermat baru dibuat kesimpulan, lebih banyak mana yang tidak disiplin, apakah mereka yang rumahnya dekat atau yang datang dari jauh?

Seorang pegawai yang datang dari kabupaten berbeda teringat kepada kebijakan atasan sebelumnya. Si pejabat atasannya pernah bilang “SAYA TIDAK PEDULI BAPAK/IBU TINGGAL DI MANA, BERAPA JARAK TEMPUHNYA, BERANGKAT DARI RUMAH JAM BERAPA. YANG PENTING SEBELUM JAM KERJA DIMULAI BAPAK/IBU SEMUA SUDAH HADIR. KARENA JAM KERJA DIMULAI JAM TUJUH PAGI, BERANGKATNYA BOLEH JAM DELAPAN ASAL BISA SAMPAI DI SINI JAM TUJUH PAGI”. Pernyataan yang kedengaran emosional dari atasannya, waktu itu dianggap berlebihan dan tidak manusiawi. Namun pernyataan itu ternyata lebih enak dirasakan daripada kebijakan penguasa yang saat ini dia hadapi.

Apakah semua orang ketika berkuasa mesti selalu memanfaatkan kekuasaannya untuk menekan pegawai anak buahnya? Jika ini tidak benar, anggap saja ini sebagai KISAH DARI NEGERI ANTAH BERANTAH.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline